22.1 C
New York
Monday, April 29, 2024

Naga Mengamuk Karena Biden Mengkritik Xi Jinping sebagai Diktator

Jakarta, MISTAR.ID

Pada Rabu (21/6/23), Kementerian Luar Negeri China mengecam pernyataan Presiden AS Joe Biden yang menggambarkan pemimpin China Xi Jinping sebagai diktator. Ini disebut oleh pihaknya sebagai provokasi politik terbuka.

Juru bicara kementerian luar negeri Mao Ning, seperti dikutip AFP, menyatakan, “Pernyataan yang relevan dari pihak AS sangat konyol dan tidak bertanggung jawab; mereka secara serius melanggar fakta dasar, protokol diplomatik, dan martabat politik China.”

“China sangat tidak puas dan sangat menentang ini,” katanya.

Sebelumnya, Biden membuat pernyataan tersebut pada Selasa waktu setempat terkait penggalangan dana di California. Ini terjadi sehari setelah pertemuan antara Xi dan Menteri Luar Negeri Antony Blinken di Beijing.

Baca juga : Blinken Bersua Dengan Xi Jinping di Beijing

Biden menyatakan bahwa Xi marah karena peristiwa balon udara China yang terbang di langit Amerika pada Februari lalu. Amerika Serikat menyatakan bahwa itu digunakan oleh mata-mata yang kemudian menembak jatuh balon udara.

Biden menyatakan, “Alasan Xi Jinping sangat kesal ketika saya menembak jatuh balon itu dengan dua mobil boks yang penuh dengan peralatan mata-mata adalah dia tidak tahu itu ada di sana.”

Selain itu, dia menyatakan, “Saya serius. Itu sangat memalukan bagi para diktator ketika mereka tidak tahu apa yang terjadi.”

Namun, dalam pertemuan Xi-Blinken, kedua negara sebenarnya telah mencapai kesepakatan untuk mengurangi permusuhan mereka untuk mencegah konflik. Xi bahkan menyambut kemajuan ini dengan berjabat tangan dengan Blinken di Aula Besar Rakyat, tempat megah yang biasanya digunakan untuk menyambut para kepala negara.

Menurut Xi kepada Blinken, “Kedua belah pihak juga telah membuat kemajuan dan mencapai kesepakatan mengenai beberapa masalah tertentu. Ini sangat bagus.”

Sebaliknya, Blinken menyatakan bahwa Washington telah mencapai tujuannya untuk perjalanan tersebut, yaitu menyampaikan kekhawatirannya secara langsung dan mencoba membangun sarana untuk percakapan kerja sama.

Sebelum meninggalkan China, Blinken menyatakan, “Hubungan berada pada titik ketidakstabilan, dan kedua belah pihak menyadari perlunya bekerja untuk menstabilkannya.”

Baca juga : Blinken Tunda Perjalanan ke China Karena Balon Mata-mata China

Namun, kemajuan itu sulit. Itu membutuhkan waktu dan tidak dapat dicapai melalui satu percakapan atau kunjungan. Dia juga mengatakan, “Harapan saya adalah bahwa kita akan berkomunikasi dengan lebih baik dan terlibat lebih baik ke depan.” (CNBC Indonesia /hm19)

Related Articles

Latest Articles