15 C
New York
Tuesday, May 7, 2024

Myanmar Makin Mencekam, Warga Diusir Dan Disuntik Narkoba

Naypyidaw, MISTAR.ID

Seorang warga Myanmar mengungkapkan kondisi negaranya sejak kudeta berlangsung 1 Februari lalu. Wanita bernama Emma itu mengatakan banyak warga memilih meninggalkan kota menghindari penangkapan junta militer.

Menurut dia, beberapa staf kantor pemerintah yang bergabung dalam Gerakan Pembangkangan Sipil (CDM) kembali ke kota asal untuk melindungi diri agar tak tertangkap junta militer. Beberapa yang lain memilih pulang menghindari perang saudara.

“Beberapa orang takut dengan perang saudara karena mereka mengira perang saudara akan terjadi di kota besar sehingga mereka berencana untuk mundur demi keselamatan,” kata Emma saat dihubungi media, Senin (22/3/21) malam.

Baca juga: Guru Di Myanmar Diancam Pecat Jika Ikut Demo Anti Kudeta Militer

Saat ini, menurut pengamatan Emma, militer telah mengusir staf medis dan keluarga petugas kereta dari kediamannya. Militer terus mengancam akan mengusir warga dari kediamannya, jika mereka tetap bergabung dalam aksi pembangkangan sipil. Militer hanya memberi waktu satu hari untuk pindah. Hal itu banyak membuat para staf menjadi pengangguran dan tunawisma. Namun warga bersolidaritas untuk berbagi tempat dan saling mendukung.

Kata Emma, aksi mogok terus berlangsung setiap hari di waktu pagi dan malam. Dia dan warga Myanmar lain berusaha menghindari pertumpahan darah. Mereka memikirkan cara lain untuk mengurangi jumlah korban tewas. Di beberapa kota, masih ada aksi mogok hingga sekarang bahkan siang dan malam. Selain itu, kata dia, tidak sedikit warga kembali ke kampung halaman karena tak mampu bayar biaya akomodasi.

“Di Yangon, terutama orang-orang yang tinggal di kawasan industri seperti Hlaing Thar Yar, harus kembali ke kampung halamannya karena tidak mampu membayar biaya akomodasi,” ujarnya. “Kebanyakan dari mereka adalah pekerja upah harian sehingga mereka mungkin mengalami masalah keuangan,” ujarnya.

Berdasarkan catatan Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik sebanyak 2.654 orang ditangkap selama kudeta. Menurut Emma sudah 10 hari mereka ditangkap dan ia tidak tahu apakah mereka akan disiksa. Dia mengatakan beberapa orang yang dibebaskan nampak tidak normal, ketika ditanya mereka tak tahu apapun, mengantuk dan mengatakan satu kata; lokasi rumahnya.

Baca juga: Ratusan Dokter Dan Perawat Myanmar Demo Sejak Subuh

“Banyak mahasiswa yang digugat dan beberapa yang masih di bawah umur tampaknya disuntik narkoba sebelum dibebaskan,” katanya. Jika kudeta berlanjut, warga Myanmar akan menghadapi banyak masalah, terutama masalah keuangan. Sebab, sejumlah pabrik dan toko ditutup untuk menghindari perampokan dan penghancuran oleh militer.

Tak hanya itu, mereka akan kehilangan hak asasinya dan masa depan suram. “Saya pikir kita tidak bisa membiarkan kudeta lebih lama, semakin lama, semakin kita menderita dan kehilangan banyak, terutama nyawa,” ujarnya.

“Saya tidak akan pernah menyerah atas kegagalan kudeta ini dan saya akan melawan rezim Junta selama saya masih hidup. Dan saya yakin banyak anak muda yang sama dengan saya. Kami tidak akan berhenti melawan kudeta militer sampai Junta jatuh,” ujarnya.

Berdasarkan data AAPP, bentrokan dalam serangkaian demonstrasi itu telah menewaskan 261 orang. Sementara juru bicara junta militer Myanmar Zaw Min Tun mengatakan jumlah korban tewas sebanyak 164.

Atas kematian ratusan orang itu dia menyampaikan belasungkawa tetapi tetap menyebut demonstran sebagai “teroris.” “Saya sedih karena teroris penuh kekerasan yang meninggal itu juga warga negara kami,” ujar Zaw Min Tun dalam konferensi pers, seperti dikutip media Selasa (23/3/21). (cnn/hm09)

Related Articles

Latest Articles