11.1 C
New York
Saturday, May 11, 2024

Konflik Bersenjata Tigray Picu Lebih 500 Kasus Pemerkosaan

New York, MISTAR.ID

Konflik bersenjata yang memicu kekerasan hingga pembunuhan di Tigray telah mengakibatkan meningkatnya kekerasan seksual di wilayah konflik. Disebutkan, lebih dari 500 kasus pemerkosaan telah terjadi di wilayah Tigray, Ethiopia, tapi menurut PBB pada Kamis (25/3/21) bahwa jumlah sebenarnya kemungkinan jauh lebih banyak lagi.

“Para wanita mengatakan mereka diperkosa oleh kelompok bersenjata, mereka juga menceritakan tentang kelompok pemerkosa,” ujar Wafaa Said, Wakil Koordinator Bantuan PBB di Ethiopia.

Dalam sebuah pengarahan kepada negara-negara anggota PBB di New York, Said melanjutkan tentang cerita dari para wanita yang diperkosa. Di beberapa kasus, seorang laki-laki dipaksa untuk memperkosa anggota keluarga mereka sendiri di bawah ancaman kekerasan, seperti yang dilansir dari media pada Jumat (26/3/21).

Baca juga: Konflik Etiopia, Kasus Pemerkosaan Di Tigray Mengerikan

Said mengatakan setidaknya 516 kasus pemerkosaan telah dilaporkan oleh lima fasilitas medis di Mekelle, Adigrat, Wukro, Shire dan Axum “Mengingat fakta bahwa fasilitas kesehatan tidak berfungsi dengan baik dan juga adanya stigma terkait pemerkosaan, diperkirakan jumlah sebenarnya jauh lebih tinggi,” ujar Said.

Puluhan pejabat tinggi PBB menyerukan pada Senin (22/3/21) untuk dihentikannya serangan membabi buta dan yang menargetkan masyarakat sipil di Tigray. Seruan mereka khususnya ditujukan untuk tindak pemerkosaan dan “bentuk-bentuk kekerasan seksual mengerikan lainnya”.

Pada November 2020 lalu, terjadi perang di Tigray antara pasukan pemerintah dengan mantan partai penguasa di wilayah itu, Front Pembebasan Rakyat Tigray. Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed juga mengatakan bahwa pasukan dari negara tetangganya, Eritrea, juga berada di wilayah itu.

Pemerintah Ethiopia menanggapi tuduhan kekerasan seksual “dengan sangat serius” dan telah mengerahkan misi pencarian fakta, duta besar Ethiopia PBB, Taye Atskeselassie Amde, mengatakan kepada media.

Baca juga: Tentara Ethiopia Bunuh 15 Pemberontak Tigray, 8 Ditangkap

“Ethiopia tidak memiliki toleransi untuk kejahatan seksual dan siapa pun yang terbukti bertanggung jawab atas tindakan tercela, akan dimintai pertanggungjawaban sepenuhnya menurut hukum,” katanya.

Menteri Luar Negeri Eritrea Osman Saleh Mohammed dan Menteri Informasi Eritrea, Yemane Gebremeskel, tidak menanggapi panggilan telepon dan pesan yang meminta komentar atas pernyataan PBB pada Kamis (25/3/21).

Kekerasan di Tigray telah menewaskan ribuan orang dan memaksa ratusan ribu mengungsi dari rumah mereka ke wilayah pegunungan yang berpenduduk sekitar 5 juta itu. “Sebagian besar pengungsi yang pergi membawa tidak lebih dari pakaian yang mereka kenakan,” ucap Said pada Kamis (25/3/21).

“Mereka umumnya trauma dan menceritakan kisah perjalanan sulit yang mereka tempuh untuk mencari keselamatan,” imbuhnya. “Beberapa orang yang melaporkan berjalan kaki selama dua pekan dan ada yang sejauh 500 kilometer,” terangnya.

“Dari orang-orang yang bepergian dengan mereka, beberapa dilaporkan terbunuh, terutama anak-anak muda, orang-orang dilaporkan dipukuli, perempuan menjadi sasaran pemerkosaan, beberapa hamil dan melahirkan dalam perjalanan kehilangan bayinya,” ungkapnya.

Baca juga: Konflik Bersenjata Di Tigray Berlanjut, Ratusan Warga Sipil Tewas

PBB telah menyuarakan keprihatinan tentang kekejaman, sementara Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menggambarkan tindakan yang dilakukan sebagai pembersihan etnis. Ethiopia menolak tuduhan Blinken. Pada Minggu (21/3/21), Abiy untuk pertama kalinya mengakui bahwa kekejaman, seperti pemerkosaan telah dilakukan dan mengatakan setiap tentara yang melakukan kejahatan akan dihukum.

Puluhan saksi di Tigray mengatakan kepada media bahwa tentara Eritrea secara rutin membunuh warga sipil, memperkosa, menyiksa wanita, serta menjarah rumah-rumah dan hasil panen. Eritrea belum menanggapi pertanyaan tentang laporan kekejaman. (kompas/hm09)

 

Related Articles

Latest Articles