11.6 C
New York
Sunday, April 28, 2024

Inggris Bantu AS Selidiki Asal Usul Covid-19

London, MISTAR.ID
Presiden AS Joe Biden mengatakan, komunitas intelijen Amerika Serikat (AS) telah menentukan tidak ada informasi yang cukup untuk menilai apakah Covid-19 berasal dari kontak manusia dengan hewan yang terinfeksi, atau dari kebocoran laboratorium.

Menindak lanjuti hal ini, Badan intelijen Inggris turun tangan membantu AS untuk menyelidiki apakah benar virus corona SARS CoV-2 penyebab Covid-19 bocor dari laboratorium di kota Wuhan , China.

Laporan yang diterbitkan The Telegraph tersebut mengatakan komunitas intelijen Inggris sebenarnya telah melakukan penyelidikan sendiri terhadap asal-usul pandemi Covid-19.

Baca Juga:Masyarakat Diwajibkan Vaksin Covid-19 Dua Kali

Sedangkan, sikap resmi London saat ini tentang masalah tersebut adalah bahwa teori virus corona bocor dari laboratorium tidak boleh dikesampingkan.

“Kami memberikan kontribusi intelijen apa yang kami miliki di Wuhan, serta menawarkan untuk membantu Amerika menguatkan dan menganalisis intelijen apa pun yang mereka miliki yang dapat kami bantu,” kata seorang sumber keamanan senior Whitehall kepada The Telegraph, yang dilansir, Sabtu (29/5/21).

Dia lantas memerintahkan badan-badan intelijen untuk melipatgandakan upaya mereka untuk menyelidiki masalah tersebut, dan untuk melaporkan temuan mereka kepadanya dalam 90 hari.

Baca Juga:Joe Biden Perintahkan Intelijen AS Ungkap Asal Usul Covid-19

Pada bulan Maret, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis versi lengkap dari laporan oleh sekelompok ahli internasional dari organisasi tersebut tentang kunjungan ke kota Wuhan di China.

Laporan itu menyimpulkan, kebocoran Covid-19 dari laboratorium sangat kecil kemungkinannya. Menurut para ahli, jenis baru virus corona kemungkinan besar ditularkan ke manusia dari kelelawar melalui hewan lain.

Namun, laporan intelijen AS yang baru-baru ini dirilis yang dikutip oleh The Wall Street Journal (WSJ) mengeklaim bahwa tiga peneliti dari Institut Virologi Wuhan di China jatuh sakit dengan infeksi pernapasan yang menyerupai Covid-19 pada November 2019, sebulan sebelum China secara resmi melaporkan kasus Covid-19. Beijing membantah keras laporan WSJ tersebut.(snd/hm10)

Related Articles

Latest Articles