Hujan dan Badai Es Hebat di Afghanistan Tewaskan 39 Orang


Ilustrasi. Hujan lebat dan es melanda tiga provinsi di Afghanistan. Menurut laporan, 39 orang tewas akibat bencana alam itu. (f: AFP/mistar)
Kabul, MISTAR.ID
Hujan lebat disertai badai es melanda tiga provinsi di Afghanistan, mengakibatkan 39 orang tewas. Berdasarkan laporan, banjir bandang terjadi di provinsi Farah, yang terletak di perbatasan barat, Selasa (25/2/2025), dan menghanyutkan 21 orang. Tiga orang lainnya meninggal akibat badai hujan es yang meruntuhkan rumah mereka.
"Banjirnya sangat deras, menghancurkan ladang saya, menghancurkan semuanya. Semua tanah terendam banjir," kata seorang petani bernama Nasrullah, 50 tahun, kepada AFP.
Petani lainnya, Mohammad Ibrahim, 60 tahun, mengungkapkan bahwa ia belum pernah melihat hujan dan angin yang sekuat itu sepanjang hidupnya. Ia mengatakan badai begitu dahsyat hingga menerbangkan pagar sejauh 30-35 meter dan merusak segala sesuatu yang terbuat dari kayu.
Kepala distrik setempat, Mohammed Sadeq Jehadmal, melaporkan bahwa 50 rumah dan 60 toko rusak, serta antara 2.000 hingga 2.500 panel surya hancur.
Lebih jauh ke timur Farah, enam orang tewas di Provinsi Helmand, termasuk seorang anak yang tersambar petir. Sementara itu, sembilan orang meninggal di Provinsi Kandahar.
Pejabat setempat mengatakan hujan lebat yang terjadi dapat membantu mengatasi masalah kekeringan jangka panjang di beberapa provinsi, termasuk Farah yang kini terdampak banjir.
"Hujan dan salju terus turun di sebagian besar provinsi, yang telah mengurangi kekeringan," kata Abdullah Jan Sayeq, juru bicara Otoritas Penanggulangan Bencana Nasional Afghanistan.
"Ini dapat memperkaya infrastruktur air. Pertanian akan membaik dan memberikan dampak positif pada sektor peternakan," tambahnya.
Afghanistan merupakan salah satu negara termiskin di dunia, yang selama puluhan tahun terperangkap dalam konflik dan sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Negara ini menempati peringkat keenam sebagai negara yang paling rentan terhadap perubahan iklim.
Menurut PBB, kekeringan, banjir, degradasi lahan, dan penurunan produktivitas pertanian merupakan ancaman utama. Banjir bandang yang terjadi pada Mei 2024 menewaskan ratusan orang dan menggenangi lahan pertanian di Afghanistan. Sebagai informasi, 80 persen penduduk Afghanistan bergantung pada pertanian untuk kelangsungan hidup mereka. (mtr/hm24)