15.8 C
New York
Thursday, May 16, 2024

Dampak Boikot Produk Israel, Jumlah Pelanggan Berkurang Drastis

Jakarta, MISTAR.ID

Gerakan memboikot produk Israel atas perang di Gaza, Palestina gencar di seluruh dunia. Kini dampaknya diklaim sudah dirasakan sejumlah perusahaan. Jumlah pelanggan dikabarkan berkurang drastis. Namun belum ada laporan kerugian yang dialami Israel.

Pihak Al Jazeera sendiri mengungkap, gerakan boikot berpotensi menimbulkan kerugian per tahun bagi Israel hingga US$11,5 miliar atau sekitar Rp180,48 triliun (asumsi kurs Rp15.694/US$).

Ada asumsi muncul bahwa boikot yang berkepanjangan bakal membuat Israel jelas khawatir. Dalam beberapa waktu terakhir, misi prioritas diplomatik Israel adalah penanggulangan gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS).

Baca juga: Dampak Aksi Boikot Produk Israel, Ritel Modern Beri Diskon Besar

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu sendiri disebut-sebut sudah bertindak untuk melarang kelompok-kelompok yang mendukung gerakan boikot. Sebab, boikot itu diyakini dapat membuat ribuan orang di Israel kehilangan pekerjaan.

Namun, melansir dari The Jerusalem Post, Israel membantah bahwa gerakan boikot akan merugikan mereka. Justru, mereka menyebutkan jika hal itu hanya akan “menambah penderitaan rakyat Palestina, bukan menguranginya.”

Organisasi non-profit berbasis di Washington, Amerika Serikat (AS), Brookings Institution, menyatakan bahwa gerakan BDS tidak akan secara drastis mempengaruhi perekonomian Israel karena sekitar 40 persen ekspor Israel adalah barang “intermediet” atau produk tersembunyi yang digunakan dalam proses produksi barang di tempat lain, seperti semikonduktor.

Baca juga: Buntut Fatwa MUI Boikot Produk Israel, KFC dan Burger King Centre Point Sepi, Richeese Factory Ramai

Selain itu, sekitar 50 persen dari ekspor Israel adalah barang “diferensiasi” atau barang yang tidak dapat digantikan, seperti chip komputer khusus.

Namun, data dari Bank Dunia menunjukkan bahwa ekspor barang-barang “intermediet” mengalami penurunan tajam dari 2014 hingga 2016 sehingga menimbulkan kerugian sekitar US$6 miliar atau sekitar Rp94,16 triliun.(cnbc/hm17)

Related Articles

Latest Articles