12.7 C
New York
Monday, May 13, 2024

Banjir Libya Telan 11.300 Jiwa, 10 Ribu Orang Masih Dinyatakan Hilang

Libya, MISTAR.ID

Banjir bandang yang melanda Libya diperkirakan telah menelan sedikitnya 11.300 jiwa. Kemudian, lebih dari 10 ribu orang dinyatakan hilang.

Sekretaris Jenderal Bulan Sabit Merah Libya Marie el-Drese mengatakan, upaya pencarian masih dilakukan. Ada kemungkinan jumlah korban jauh dari data yang ada sekarang ini.

Perlu diketahui, pada tanggal 10 September 2023 lalu, Libya diterjang badai Daniel yang menyebabkan banjir besar di wilayah timur negara tersebut. Daerah terparah terkena dampaknya di Derna.

Baca juga: Korban Tewas Akibat Banjir di Libya Diperkirakan Capai Angka 20.000 Jiwa

Ketika badai menghantam kota pesisir itu pada Ahad malam, warga mengaku mendengar ledakan keras yang berasal dari dua bendungan yang jebol dan ambrol.

Seketika, air banjir mengalir ke Wadi Derna, sebuah lembah yang membelah Derna. Bukan saja menghancurkan berbagai bangunan, banjir turut menghanyutkan orang-orang ke laut.

Berdasarkan keterangan Ketua Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) Petteri Taalas, sebagian besar korban jiwa sebenarnya bisa dihindari.

“Jika layanan meteorologi beroperasi normal, mereka bisa saja mengeluarkan peringatan. Otoritas manajemen darurat akan mampu melakukan evakuasi,” ucapnya kepada awak media di Jenewa, Swiss, Kamis (14/9/2023) lalu.

Baca juga: Korban Banjir Bandang Libya Tembus 2.300 Orang, Penampakan Air Seperti Tsunami

Awal pekan ini WMO menyampaikan bahwa Pusat Meteorologi Nasional Libya mengeluarkan peringatan 72 jam sebelum banjir dan memberitahukan kepada semua otoritas pemerintah melalui email dan media.

Para pejabat di Libya timur turut memperingatkan masyarakat tentang badai yang akan datang dan itu disampaikan sehari sebelum badai. Semua penduduk sudah diminta segera mengungsi dari daerah pesisir. Namun tidak ada peringatan mengenai runtuhnya bendungan tersebut.

Baca juga: Libya Timur Diterjang Banjir, 1.000 Orang Tewas, 10 Ribu Lagi Hilang

Dua bendungan yang runtuh di luar Derna dibangun pada tahun 1970-an. Sebuah laporan oleh badan audit yang dikelola negara pada tahun 2021 mengatakan kedua bendungan itu tidak dipelihara. Padahal ada alokasi lebih dari 2 juta euro untuk tujuan tersebut pada 2012 dan 2013.

Perdana menteri Libya yang berbasis di Tripoli, Abdul-Hamid Dbeibah, mengakui masalah pemeliharaan tersebut dalam rapat kabinet pada Kamis lalu. Dia meminta Jaksa Penuntut Umum untuk segera membuka penyelidikan atas runtuhnya bendungan tersebut.(republika/hm17)

Related Articles

Latest Articles