18.9 C
New York
Tuesday, May 7, 2024

AS Desak Xi Jinping Tekan Putin Atas ‘Kejahatan Perang’ di Ukraina

Beijing, MISTAR.ID

Amerika Serikat (AS) mendesak Presiden China Xi Jinping harus menekan Vladimir Putin untuk “menghentikan kejahatan perang” di Ukraina.

Keduanya akan bertemu kembali untuk pembicaraan resmi selama kunjungan pertama Xi ke Moskow sejak invasi.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih meminta Xi untuk mendesak mitranya Rusia untuk menarik pasukan dari Ukraina.

Baca Juga:Perdana Menteri Jepang Kishida Kunjungan Mendadak ke Ukraina, Temui Zelensky

John Kirby mengatakan pengupayaan gencatan senjata tidak akan cukup.

“Kami berharap Presiden Xi akan menekan Presiden Putin untuk berhenti membom kota-kota, rumah sakit dan sekolah Ukraina, untuk menghentikan kejahatan perang dan kekejaman serta menarik pasukannya,” katanya.

“Tapi kami khawatir bahwa sebaliknya China akan mengulangi seruan untuk gencatan senjata yang meninggalkan pasukan Rusia di dalam wilayah kedaulatan Ukraina dan setiap gencatan senjata yang tidak membahas pemindahan pasukan Rusia dari Ukraina akan secara efektif meratifikasi penaklukan ilegal Rusia,” ujarnya.

Pada hari Senin (20/3/23), Xi dan Putin mengadakan pembicaraan informal yang lebih dari empat jam, dengan diskusi yang lebih formal dijadwalkan pada hari Selasa (21/3/23).

Ada kekhawatiran bahwa dukungan China untuk Rusia yang saat ini didasarkan pada teknologi dan perdagangan mungkin menjadi militer, termasuk peluru artileri.

Putin mengatakan dia akan membahas rencana 12 poin yang diusulkan oleh Xi untuk “menyelesaikan krisis akut di Ukraina”.

Baca Juga:Xi Jinping Tawarkan China Bisa Jadi Juru Damai Perang Rusia-Ukraina

“Kami selalu terbuka untuk proses negosiasi,” kata Putin, ketika para pemimpin saling memanggil “sahabat”.

China merilis rencananya untuk mengakhiri perang bulan lalu, itu termasuk “menghentikan permusuhan” dan melanjutkan pembicaraan damai.

Rencana China tidak secara khusus mengatakan bahwa Rusia harus menarik diri dari Ukraina, yang ditegaskan Ukraina sebagai prasyarat untuk setiap pembicaraan.

Sebaliknya, China berbicara tentang “menghormati kedaulatan semua negara”, menambahkan bahwa “semua pihak harus tetap rasional dan menahan diri dan secara bertahap meredakan situasi”.

Rencana tersebut juga mengecam penggunaan “sanksi sepihak”, yang dipandang sebagai kritik terselubung terhadap sekutu Ukraina di Barat.

Pada hari Senin(20/3/23), sebuah band militer memberikan sambutan hangat kepada Xi di Moskow pada awal kunjungan tiga hari tersebut. Putin memuji China karena “mengamati prinsip-prinsip keadilan” dan mendorong “keamanan yang tidak terbagi untuk setiap negara”.

Dia menambahkan bahwa China telah membuat “lompatan maju yang luar biasa dalam perkembangannya” dalam beberapa tahun terakhir, dengan mengatakan: “Kami bahkan merasa sedikit iri.”

Baca Juga:Ukraina Pertimbangkan Ganti Nama Rusia Jadi Moscovia, Ini Alasannya

Sebagai imbalannya, Xi mengatakan kepada Putin: “Di bawah kepemimpinan Anda yang kuat, Rusia telah membuat langkah besar dalam pembangunan yang makmur. Saya yakin rakyat Rusia akan terus memberi Anda dukungan kuat mereka.”

Sebelum kedatangan Xi, Putin menulis di surat kabar People’s Daily China bahwa kedua negara tidak akan dilemahkan oleh kebijakan AS yang “agresif”.

Para pemimpin Ukraina telah secara terbuka menekankan kesamaan yang mereka miliki dengan China yaitu menghormati kedaulatan dan integritas territorial, tetapi secara pribadi, mereka telah melobi untuk pertemuan atau panggilan telepon antara Presiden Volodymyr Zelensky dan Xi.

Hal ini diingatkan oleh Kirby, juru bicara keamanan AS, yang mendesak Xi memainkan peran konstruktif dalam upaya mengakhiri konflik dengan berbicara dengan Zelensky.

Rusia adalah sumber minyak untuk ekonomi besar Beijing, dan dipandang sebagai mitra dalam melawan AS.

Dalam perkembangan lain, Jepang telah mengumumkan bahwa Perdana Menterinya, Fumio Kishida, akan mengunjungi Kyiv pada hari Selasa (21/3/23) untuk melakukan pembicaraan dengan Presiden Zelensky. Dia diharapkan menyuarakan solidaritas dan dukungan untuk Ukraina setelah invasi Rusia.

Baca Juga:Perintahkan Tangkap Putin, Rusia Ancam ICC dengan Rudal Hipersonik

Kunjungan Xi ke Moskow terjadi beberapa hari setelah Pengadilan Kriminal Internasional (International Criminal Court/ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk presiden Rusia atas tuduhan kejahatan perang.

Ini berarti Putin secara teknis dapat ditangkap di 123 negara meskipun baik China maupun Rusia tidak ada dalam daftar itu.

Para pemimpin Barat telah berusaha sejak Februari lalu untuk mengisolasi Rusia, menyusul invasi besar-besaran ke Ukraina.

Tetapi mereka tidak dapat membangun konsensus global, dengan China, India, dan beberapa negara Afrika enggan mengutuk Putin. (bbc/hm12)

Related Articles

Latest Articles