Saturday, February 1, 2025
logo-mistar
Union
INSPIRASI

Kisah Perjalanan Anak Muda Untuk Kepedulian, dari Tongkrongan ke Yayasan

journalist-avatar-top
By
Saturday, February 1, 2025 17:21
37
kisah_perjalanan_anak_muda_untuk_kepedulian_dari_tongkrongan_ke_yayasan

Kegiatan berbagi rutin yayasan AHA yang dilakukan setiap Jumat. (f:ist/mistar)

Indocafe

Medan, MISTAR.ID

Bermula dari percakapan di tongkrongan, beberapa anak muda memulai sebuah perkumpulan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan. Aksi kepedulian itu dimulai saat masih pandemi covid-19, tahun 2021 silam.

Komunitas yang diinisiasi oleh Aditya Pranata bersama teman-temannya yang berasal dari berbagai latar belakang ini menyadari bahwa saat itu banyak masyarakat yang terabaikan dan butuh uluran tangan.

"Kami berpikir, daripada mengeluarkan uang untuk hal yang salah, kenapa tidak mengeluarkan duit sekalian beramal dan bersedekah kepada orang-orang yang tepat,” kata Aditya saat ditemui di sekretariatnya Jalan Flamboyan Raya, Kecamatan Medan Tuntungan, pada Sabtu (1/2/25).

Selain berbagi kepada yang membutuhkan, kata Aditya, pembentukan komunitas ini juga untuk mengedukasi generasi muda untuk lebih peduli sesama dan juga tentang pentingnya bersedekah.

“Awalnya kan hanya komunitas biasa. Dan kita akhirnya urus surat-surat administrasi dan kita buat namanya menjadi Yayasan AHA (Amanah Hamba Allah). Jadi kita juga nggak takut kalau penggalangan dana,” ungkapnya.

Meskipun tim inti yang terlibat sekitar 8 orang, mereka juga dibantu oleh mahasiswa-mahasiswa PKL. Ia menambahkan, bahwa yayasan ini terus berjalan berkat dukungan relawan dan sumbangan yang datang dari berbagai pihak.

"Kami tidak memiliki donatur tetap. Donasi yang kami terima datang dari teman-teman, kenalan, bahkan ada yang tidak kami kenal," jelas Aditya.

Kegiatan sosial rutin mereka lakukan setiap Jumat, dengan aktivitas dan tujuan lokasi yang berbeda.

Selain itu, kegiatan mereka pun situasional terlebih ketika terjadi bencana. Bahkan, mereka juga memberikan bantuan kepada orang-orang yang tinggal di pinggiran kota Medan, yang seringkali terabaikan.

"Kita gak monoton. Kita mencoba untuk memberikan bantuan dengan cara yang berbeda, misalnya Jumat ini ke panti asuhan, Jumat depan ke panti jompo, Jumat berikutnya ke anak yang sakit parah, kadang juga bawa anak-anak yatim bermain, dan lainnya,” beber Aditya.

Ia mengatakan, tantangan terbesar yang dihadapi dalam membantu banyak orang selama ini adalah keterbatasan jumlah relawan.

"Terkadang, kami hanya bisa mengandalkan dua atau tiga orang saja, tapi alhamdulillah, kami selalu mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk misalnya rekanan penjual ayam penyet atau nasi bungkus yang juga mau ikutan," tambah Aditya.

Ia mengaku, sejak berdiri, yayasan ini telah membantu lebih dari ratusan orang, terutama di sekitar Medan dan beberapa daerah di Sumatera Utara seperti Pakpak Bharat dan Subulussalam.

Bantuan yang diberikan bervariasi, mulai dari uang tunai untuk pengobatan, makanan, sembako, pakaian layak pakai hingga bantuan pendidikan untuk anak-anak yatim.

Aditya pun berharap agar pemerintah dapat lebih memperhatikan warga yang kurang mampu serta menjalankan tugas dengan baik dan jujur.

“Karena dari pemerintah pusat sendiri kan sebenarnya banyak dana yang diberikan untuk peduli sama rakyat kecil. Memang sampai, tapi lebih banyak yang nggak sampai. Iman dan kejujuran lah yang harus dikuatkan, itu yang paling utama,” tuturnya.

Kegiatan sosial yang mereka jalankan ini juga diharapkannya dapat terus berkembang dan menjadi lebih besar, bahkan meluas ke kota-kota lain di Indonesia.

"Kami ingin yayasan ini bisa menjadi contoh bagaimana orang-orang yang memiliki niat tulus bisa berbagi tanpa mengharapkan imbalan. Semoga semakin banyak orang yang tergerak untuk ikut berbagi," tutupnya. (susan/hm27)

journalist-avatar-bottomRedaktur Ferry Napitupulu

RELATED ARTICLES