Duduk Perkara Kasus Korupsi Minyak Goreng yang Libatkan 3 Korporasi


Ilustrasi minyak goreng. (f: ist/mistar)
Jakarta, MISTAR.ID
Tiga terdakwa korporasi dalam kasus dugaan ekspor crude palm oil (CPO) atau minyak goreng dituntut untuk membayar denda dan uang pengganti dengan total hingga triliunan rupiah. Selain itu, para terdakwa juga dituntut agar perusahaan mereka ditutup.
Kasus ini bermula saat terjadi kelangkaan minyak goreng di pasaran, yang kemudian memicu penyelidikan oleh jaksa. Adapun lima orang yang telah divonis bersalah dalam kasus korupsi ekspor CPO ini adalah: mantan Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) RI, Indra Sari Wisnu Wardhana; Weibinanto Halimdjati alias Lin Che Wei; Komisaris WNI, Master Parulian Tumanggor; Senior Manager Corporate Affair PT VAL, Stanley MA; dan General Manager (GM) Bagian General Affair PT MM, Pierre Togar Sitanggang.
Setelah itu, jaksa mengembangkan penyidikan kasus ekspor CPO ini dan menetapkan tiga korporasi sebagai tersangka, yaitu Wilmar Group, Permata Hijau Group, dan Musim Mas Group.
Kasus ini kemudian dibawa ke pengadilan, dan para terdakwa korporasi didakwa melakukan perbuatan melawan hukum secara bersama-sama dengan Master Parulian Tumanggor (Komisaris PT Wilmar Nabati Indonesia), Indra Sari Wisnu Wardana (mantan Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kemendag), Weibinanto Halimdjati alias Lin Che Wei (Direktur PT IRAI yang juga tim asistensi Menko Perekonomian), dan Tonny Muksim alias Thomas Muksim (Presiden Direktur PT Sari Agrotama Persada).
Para terdakwa korporasi didakwa memperkaya diri sendiri atau perusahaan mereka. Salah satunya adalah Wilmar Group yang didakwa menerima keuntungan tidak sah sebesar Rp1.693.219.219.880.621 (Rp1,6 triliun). Setiap perusahaan di bawah Wilmar Group menerima keuntungan yang berbeda-beda.
Perbuatan para terdakwa Wilmar Group merugikan keuangan negara sebesar Rp1.658.195.109.817,11 (Rp1,6 triliun) dan merugikan perekonomian negara sebesar Rp8.528.936.810.738 (Rp8,5 triliun), atau total kerugian sebesar Rp12.312.053.298.925 (Rp12,3 triliun), yang mencakup kerugian ekonomi yang ditanggung oleh dunia usaha dan rumah tangga.
Sementara itu, jaksa mendakwa Musim Mas Group telah melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain dengan menerima keuntungan yang tidak sah sebesar Rp626.630.516.604 (Rp626,6 miliar). Perekonomian negara juga dirugikan sebesar Rp4.890.938.943.794,1 (Rp4,8 triliun), dengan kerugian keuangan negara sebesar Rp1.107.900.841.612,08 (Rp1,1 triliun), serta kerugian sektor rumah tangga dan usaha sebesar Rp3.156.407.585.578 (Rp3,1 triliun).
Sedangkan Permata Hijau Group didakwa merugikan keuangan negara sebesar Rp186.430.960.865,26 (Rp186 miliar) dan merugikan sektor rumah tangga serta usaha sebesar Rp626.708.902.610 (Rp626 miliar). (mtr/hm24)