17.8 C
New York
Thursday, May 2, 2024

Harimau Sumatera Mangsa Ternak Warga di Areal Perkebunan PT Prima Langkat

Medan, MISTAR.ID

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Utara (Sumut) menemukan sisa bangkai anak lembu yang dimangsa Harimau Sumatera di areal perkebunan PT Prima di Desa Sei Serdang, Batang Serangan, Langkat. Penyisiran dilakukan menindaklanjuti laporan manajemen PT Prima tentang adanya konflik Harimau Sumatera pada penghujung Juli 2022.

“Di lokasi konflik ditemukan jejak dan sisa bangkai anak lembu yang telah dimangsa Harimau Sumatera. Beberapa saksi juga menyampaikan mereka bertemu dengan satwa buas tersebut,” ujar Kepala Seksi Wilayah II BKSDA Sumut Herbert Aritonang, Selasa (2/8/22).

Herbert mengatakan, di areal kerja PT Prima sebelumnya sudah pernah dipasang kandang jebak selama hampir 2 bulan dan saat ini sudah dibongkar. Selama itu pula, Harimau Sumatera tidak mau masuk ke dalam kandang jebak.

Baca juga: BKSDA Sumut Terima 2 Ekor Elang dari Warga Padangsidimpuan

Untuk memastikan masyarakat sekitar dan pekerja PT Prima aman saat beraktivitas, Herbert mengaku pihaknya telah melakukan penghalauan dan patroli rutin. Selain itu, pihak perusahaan juga menggunakan petasan dan jenduman untuk pengusiran.

“Kita akan melakukan monitoring untuk memantau dan mencegah terjadinya konflik. Kita juga menyerahkan beberapa petasan kepada warga agar bisa digunakan jika sewaktu-waktu Harimau Sumatera muncul kembali,” sebutnya.

Herbert menjelaskan, lokasi kemunculan Harimau Sumatera merupakan areal perkebunan yang topografinya berupa perbukitan memanjang. Perbukitan itu meliputi areal PTPN 2, PT Prima, PT BTL, PT PISS hingga menyambung ke hutan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).

Baca juga: Dua Ekor Harimau Sumatera Dilepasliarkan di Taman Nasional Kerinci Seblat

“Jadi itu bisa kita bilang menjadi wilayah teritorial satwa buas tersebut,” katanya.

Herbert menyebutkan, selama tahun 2022 sudah 9 kali terjadi konflik satwa jenis Harimau Sumatera di lokasi. Dia berharap persoalan itu menjadi perhatian semua pihak terkait.

“Harusnya ini menjadi perhatian baik pemerintah, NGO dan pihak perusahaan bagaimana untuk antisipasinya,” tukas Herbert. (ial/hm09)

Related Articles

Latest Articles