17 C
New York
Thursday, May 16, 2024

Sumut Cetak Deflasi

Medan | MISTAR.ID – Badan Pusat Statistik (BPS) merilis laju pergerakan harga di Sumatera Utara pada Desember 2019 mengalami deflasi sebesar 0,19%. Dengan demikian, secara kumulatif, sepanjang tahun ini inflasi di Sumut bertengger di level 2,33%.

Laju indeks pergerakan harga ini masih dalam rentang sasaran Bank Indonesia dan pemerintah yang menarget inflasi bertengger di level 3,5% plus minus 1%.

Dalam catatan BPS, deflasi pada Desember tersebut, juga merupakan satu hal yang keluar dari ‘tradisi’. Sebab, biasanya setiap Desember Sumut selalu mencetak inflasi seiring naiknya harga barang mengikuti peningkatan konsumsi.

“Kami juga terkejut. Kok bisa deflasi? Desember jarang deflasi. Bahkan dalam lima tahun ini sepertinya tak pernah,” kata Kepala BPS Sumut, Syech Suhaimi, Kamis (2/1/20).

Berdasarkan catatan pihaknya, deflasi di Sumut itu dipicu oleh meredanya tekanan inflasi dari komoditas cabai merah. Di semua kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Sumut, yakni Medan, Sibolga, Padangsidimpuan dan Pematangsiantar, harga cabai merah menurun dan menjadi andil penggerak deflasi. Rata-rata, harga cabai merah di pasaran saat ini di angka Rp28.000 per kg.

Lebih rinci, Medan dan Padangsidimpuan mengalami deflasi masing-masing sebesar 0,28% dan 0,13%. Sementara Sibolga dan Pematangsiantar mengalami inflasi sebesar 0,51% dan 0,34%. Meski dua kota terakhir mengalami inflasi, menurunnya harga cabai merah berpengaruh signifikan terhadap laju deflasi secara keseluruhan.

Inflasi kumulatif yang berada di level 2,33% itu diapresiasi oleh BPS. Sebab, pada Juli dan Agustus lalu inflasi Sumut pernah berada di atas angka 5%, yakni 5,21% pada Juli dan 5,40% pada Agustus. Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) kemudian bergerak cepat agar tekanan inflasi tak berlanjut.

“Hasilnya, empat bulan terakhir ini, Sumut deflasi. Terakhir kemarin, saat harga telur mau naik tinggi, pedagang diminta jangan naikkan harga terlalu tinggi. Berhasil (meredam harga),” ungkapnya.

Selain cabai merah, menurunnya harga ikan juga memberi andil cukup besar terhadap deflasi di Sumut. Hingga kini, harga ikan di pasaran masih bertahan di angka rendah. Kondisi ini, kemungkinan besar disebabkan oleh masih banyaknya warga yang enggan mengonsumsi ikan setelah kasus penemuan bangkai babi di sungai-sungai di Sumut.

Kabar Baik

Ekonom Sumut, Gunawan Benjamin menilai, deflasi yang terjadi di bulan Desember 2019 menjadi menjadi kabar baik yang memberikan gambaran bahwa meskipun ada perayaan keagamaan seperti Natal maupun menjelang Tahun Baru 2019, Sumut justru mampu merealisasikan laju rata-rata penurunan kebutuhan masyarakat.

Berbeda dengan rata-rata nasional, dimana Indonesia secara keseluruhan justru mengalami inflasi yang angkanya itu sebesar 0,34%. “Secara keseluruhan saya menilai bahwa inflasi di Sumut merupakan sebuah keberhasilan dibandingkan hanya keberuntungan saja. Mengingat Sumut kedodoran hingga di bulan Oktober dimana laju tekanan inflasi mereda dan secara beruntung Sumut seterusnya mengalami deflasi,” katanya.

Inflasi Sumut yang sempat merealisasikan angka di atas 5%, membuat sebagian pihak sempat pesimis. Sumut seakan jauh dari kemampuannya mencetak inflasi yang angkanya setara dengan realisasi nasional.

Disaat inflasi nasional masih di kisaran 1%, Sumut justru mencapai 5,4%. Namun di akhir tahun ini, realisasi laju inflasi kumulatif Sumut berada di bawah nasional yang bertengger di level 2,77%.

Padahal hingga 8 bulan pertama tahun 2019, inflasi Sumut sempat menjulang di 5,40%. “Ini sebuah keberhasilan yang spektakuler, padahal semua orang sempat pesimis Sumut inflasinya mampu sesuai target bank Indonesia. Bahkan di bawah batas paling bawah target BI,” jelasnya.

Menurut dia, cerita realisasi inflasi selama tahun 2019 ini harusnya menjadi cerita yang bersejarah bagi Sumut.

Adapun fluktuasi inflasi yang tercipta dipicu oleh kenaikan maupun penurunan harga komoditas cabai, daging ayam, dan bawang. Sumut tidak diuntungkan di awal karena buruknya cuaca, erupsi Sinabung, hingga masalah serangan hama yang mengakibatkan suplai bahan pangan di Sumut terganggu. Namun dengan cepat di 4 bulan terakhir, semua kondisi tersebut mampu diselesaikan.

Koordinasi yang dilakukan antar departemen, cuaca yang lebih bersahabat menjadi salah satu kunci keberhasilan pengendalian inflasi. “Kita berharap di tahun ini, Sumut mampu merealisasikan inflasi yang rendah (terjaga) sehingga tidak menggerus daya beli masyarakat, serta menjaga kesejahteraan petani,” pungkasnya.

Reporter: Daniel Pekuwali
Editor: Luhut Simanjuntak

Related Articles

Latest Articles