11.6 C
New York
Sunday, April 28, 2024

Singkong Beku Indonesia jadi Pangan Lokal Mendunia

Jakarta, MISTAR.ID

Peluang bisnis masyarakat pedesaan harus terus dibangkitkan, terutama dalam pemulihan ekonomi nasional (PEN). Seperti pangan lokal singkong yang setiap hari kita temukan dan dianggap biasa saja, ternyata mempunyai potensi besar untuk diekspor ke luar negeri.

Merujuk data Trademap, pada 2020, Indonesia telah mengekspor produk singkong beku (HS 071410) sebanyak 16.529 ton dengan nilai mencapai 9,7 juta dolar AS atau mengalami peningkatan dari 2019 sebesar 4.829 ton dengan nilai 4,1 juta dolar AS.

“Secara nilai meningkat sebesar 135 persen (yoy). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa produk umbi Indonesia memiliki potensi besar di pasar global,” kata Plt Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian Reni Yanita.

Baca Juga: Bupati Deli Serdang Lepas Ekspor Keripik Singkong ke Korea Selatan

Singkong sambung dia, memang merupakan pangan lokal alternatif penghasil karbohidrat selain beras dan jagung, juga memiliki potensi sebagai bahan pangan yang digemari semua kalangan masyarakat baik dalam negeri maupun global.

Ia menambahkan, singkong atau Manihot utilissima atau Manihot esculenta crantz dapat diolah menjadi berbagai macam jenis makanan dan berpotensi besar untuk dikembangkan di pasar global.

“Singkong juga telah merambah pasar dunia, produk olahan singkong digemari di banyak negara Eropa dan Amerika sebagai panganan dan camilan premium,” kata Reni lewat keterangannya di Jakarta, Jumat (22/10/21).

Baca Juga: Wamen Perdagangan Lepas Ekspor Singkong dan Sarang Burung Walet

Reni menyebutkan beberapa provinsi penghasil utama singkong di Indonesia antara lain Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Melihat potensi komoditas umbi lokal tersebut, Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (Ditjen IKMA) Kemenperin terus mendukung pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) khususnya pengolahan komoditas umbi-umbian seperti singkong.

“Ditjen IKMA memfasilitasi program-program peningkatan daya saing bagi IKM olahan pangan agar dapat meningkatkan nilai tambah dan dapat menjangkau pasar yang lebih luas,” imbuhnya.

Baca Juga: Hebat! Gunung Kidul Panen Raya Singkong Seluas 45.816 Hektare

Menurut Reni, saat ini pasar menginginkan produk berkualitas, praktis, higienis dan tentunya aman dikonsumsi.

“Untuk memenuhi standar produk pangan di pasar global, Ditjen IKMA telah melakukan berbagai program salah satunya melalui memfasilitasi sertifikasi Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP),” ujarnya.

HACCP merupakan suatu pedoman atau prosedur yang mengatur perusahaan atau produsen untuk memproduksi produk pangan agar aman, bermutu dan layak dikonsumsi.

“Dengan memiliki sertifikat HACCP, produsen dapat memberikan jaminan kepada konsumen terkait kualitas produk yang dihasilkan dan akan meningkatkan rasa percaya diri dalam pengembangan akses pasar, terutama menembus pasar global,” paparnya.

Selain memfasilitasi sertifikasi HACCP, Ditjen IKMA juga memiliki program Indonesia Food Innovation (IFI) untuk meningkatkan daya saing produk pangan nasional.

“Program ini merupakan upaya untuk mengakselerasi bisnis yang ditujukan bagi pelaku IKM pangan terpilih dengan keunggulan inovasi produk dan/atau proses, dengan menggunakan sumber daya lokal sebagai bahan baku utama, sehingga IKM siap untuk meningkatkan skala bisnis menuju IKM modern yang marketable, profitable dan sustainable,” tandasnya.(ant/hm02)

 

Related Articles

Latest Articles