12.8 C
New York
Tuesday, April 30, 2024

Rupiah Menguat dari Dolar AS

Jakarta, MISTAR.ID
Pada, Jumat (6/11/20), US$ 1 setara dengan Rp14.250 kala pembukaan pasar spot, terkuat sejak awal Juli. Rupiah menguat 0,84% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Itu menandakan, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini, Jumat (6/11/20).

Faktor eksternal sepertinya masih menjadi pendorong penguatan rupiah, utamanya dari perkembangan pemilihan presiden (pilpres) AS.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan apresiasi tajam 1,17% di hadapan dolar AS. Ini menjadi pengutan harian terbaik sejak 5 Juni. Rupiah yang berada di Rp 14.370/US$ adalah yang terkuat sejak 13 Juli.

Baca Juga:Usai Liburan, Nilai Tukar Rupiah Pada Dolar AS Lemas

Hari ini, bukan tidak mungkin pencapaian serupa bisa diraih. Soalnya mood investor sedang bagus, minat terhadap aset-aset berisiko tengah membuncah.

Tingginya risk appetite pelaku pasar terlihat di bursa saham New York. Dini hari tadi waktu Indonesia, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melesat 1,95%, S&P 500 menanjak 1,95%, dan Nasdq Composite melompat 2,59%.

Baca: Rusuh Pilpres AS Nggak Ngaruh, Wall Street To the Moon
Pelaku pasar merespons positif hasil sementara pilpres AS. Per pukul 07:41 WIB, sang penantang Joseph ‘Joe’ Biden (Partai Demokrat) unggul atas petahana Donald Trump(Partai Republik dengan suara elektoral (electoral college vote) 264 berbanding 214. Butuh 270 suara elektoral untuk memenangi pilpres.

Baca Juga:Rupiah kembali Melemah, Ini Detailnya

Ya, investor memang lebih mengunggulkan Biden untuk menjadi penunggu Gedung Putih yang baru. Jika Biden menang, maka kemungkinan pemerintah akan menggelontorkan paket stimulus fiskal yang lebih besar.

Sebagai informasi, kubu Demokrat mengusulkan paket stimulus baru senilai US$ 2,2 triliun, lebih tinggi ketimbang proposal pemerintahan Trump yaitu US$ 1,8 triliun. Pembahasan stimulus masih mandek, karena semua fokus ke pilpres.

“Kami memperkirakan ada stimulus besar tahun depan. Stimulus itu, ditambah dengan kehadiran vaksin anti-virus corona (Coronavirus Diseasei-2019/Covid-19), akan mengangkat ekonomi dan mendorong pertumbuhan. Kami sangat yakin dengan prospek 2021 dan 2022,” tegas James Knightly, Chief International Economist ING Group, seperti dikutip dari Reuters.(cnbc/hm12)

Related Articles

Latest Articles