Tuesday, February 4, 2025
logo-mistar
Union
EKONOMI

Rencana Dijadikan Pangkalan Gas Elpiji 3 Kg, Pengusaha Warung Eceran di Pematangsiantar Menolak

journalist-avatar-top
By
Tuesday, February 4, 2025 16:18
72
rencana_dijadikan_pangkalan_gas_elpiji_3_kg_pengusaha_warung_eceran_di_pematangsiantar_menolak

Ilustrasi gas elpiji 3 kg. (f:dok/mistar)

Indocafe

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Pemerintah akhirnya mengizinkan warung eceran menjual gas elpiji 3 kg setelah mendapat kritikan dari sejumlah pihak. Wacana selanjutnya, para pengecer itu bakal dijadikan sub pangkalan dengan mengurus Nomor Izin Berusaha (NIB).

Salah seorang pemilik warung di Kelurahan Asuhan Kecamatan Siantar Timur, Mina boru Purba mengaku belum mendengar informasi tersebut.

"Hanya berita pengecer dilarang menjual gas 3 kg yang kudengar," kata Mina, Selasa (4/2/25).

Meskipun diizinkan kembali menjual gas subsidi tersebut, dengan catatan sembari mengurus NIB, Mina menolak. Karena dia tidak mengetahui proses pengurusan izin dan dikhawatirkan memakan biaya besar.

"Kalau syarat jadi pangkalan yang ku dengar, harus membeli seribuan tabung gas di awal. Gak sanggup kalau harus mengeluarkan modal besar, makanya aku buka warung kecil," sebutnya.

Kesehariannya, Mina mengaku menjual sekitar 15 tabung per harinya. Setiap tabungnya, dia menjual kepada masyarakat sekitar dengan harga Rp19 ribu.

Ia menuturkan hanya mengambil keuntungan seribu rupiah dari satu tabung yang terjual. Karena, lanjut dia, harga dari pangkalan Rp18 ribu per tabung.

Di sekitar tempat tinggalnya, Mina mengatakan banyak warung yang juga menjual gas elpiji 3 kg dan hanya ada dua pangkalan. Sementara, sambung dia, lingkungan tempat tinggalnya padat penduduk.

"Hampir setiap warung kelontong jual gas juga, ada yang stoknya 5, 10 dan ada sampai puluhan tabung. Karena memang kebutuhan di sini cukup tinggi," imbuhnya.

Selama menjual gas elpiji eceran, Mina mengaku tidak pernah mendapat komplain dari pelanggan meskipun harga yang dijajakannya lebih mahal. Karena kebanyakan warga memilih efisiensi waktu dan tenaga dibanding rugi seribu rupiah.

"Memang gak terlalu jauh pangkalan, tapi kalau bisa beli hanya jalan kaki ya kenapa harus ke sana," ujarnya. (gideon/hm18)

journalist-avatar-bottomRedaktur Andi

RELATED ARTICLES