Pertamax di Beberapa SPBU Kota Medan Masih Diburu Pengendara


Sejumlah pengendara saat melakukan pengisian BBM jenis Pertamax. (f:ist/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax di sejumlah Stasiun Bahan Bakar Minyak Umum (SPBU) Kota Medan masih diburu pengendara meski kasus dugaan korupsi PT Pertamina Patra Niaga dengan modus pengoplosan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax sedang mencuat.
Konsumen pun tidak membuat beralih ke Pertalite. Hal tersebut, berdasarkan pernyataan petugas beberapa SPBU di Kota Medan yang menyebutkan masih banyak pengguna Pertamax yang datang mengisi.
Petugas SPBU di Jalan Klambir 5, Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia, Desi mengatakan masih banyak pengendara yang mengisi Pertamax.
"Masih seperti biasa, artinya masih banyak yang isi Pertamax," katanya kepada Mistar, Kamis (27/2/2025).
Dikatakan Desi, tidak ada pengendara yang bertanya terkait kasus tersebut.
"Sejauh ini tidak ada yang tanya tentang pengoplosan itu, mereka datang untuk mengisi saja," ucapnya.
Sementara itu, salah seorang petugas yang tak ingin disebut namanya di Jalan Gaperta Ujung Nomor 16, Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia, juga menyebut tidak ada pengurangan pengunjung yang mengisi Pertamax.
"Dari mulai isu beredar sampai sekarang belum berkurang jumlah pengendara yang isi bensin," ujarnya.
Namun, ia menyebutkan ada beberapa orang yang bertanya terkait kasus tersebut.
"Satu dua orang ada yang tanya tapi tidak banyak, mereka tanya apakah benar dioplos atau tidak. Saya cuma bisa jawab kurang begitu tau," tuturnya.
Kemudian, pengguna Pertamax, Agung (27), mengaku masih tetap menggunakan BBM jenis tersebut dan tidak mau beralih ke Pertalite.
"Yang saya baca berita, tidak ada pengoplosan di situ. Hanya saja, korupsi tersebut import Pertamax Research Octane Number (RON) 90 tapi bilangnya RON 92," katanya.
Hal tersebut membuat Agung tetap memilih menggunakan BBM jenis Pertamax.
"Kalau pindah ke Pertalite, gas jadi agak berat. Jadi saya bertahan dengan Pertamax dan tidak beralih," ucapnya.
Pengendara sepeda motor lainnya, Wahyu (25) mengaku hanya menggunakan Pertamax seminggu sekali untuk pembersihan mesin.
"Setelah terbongkar kasus korupsi ini, saya pikir untuk tetap menggunakan Pertalite saja dan tidak menggunakan Pertamax lagi," ujarnya.
Menurutnya, ia merasa sia-sia jika pada akhirnya tidak ada perbedaan antara Pertamax dan Pertalite.
"Pertamax sekarang sebutannya Pertalite jalur cepat, artinya sama saja. Makanya menurut saya, lebih baik tetap Pertalite daripada bayar lebih tapi dapatnya oplosan," tuturnya. (amita/hm18)