21 C
New York
Friday, May 3, 2024

Pandemi Covid-19, BSI Mampu Tumbuh Double Digit

Medan, MISTAR.ID

Pandemi Covid-19 sudah melanda lebih dari setahun dan sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi dunia dan Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak kuartal 2 di tahun 2020 mengalami negatif. Walaupun sejak kuartal 3 ada perbaikan, namun masih di bawah garis negatif sekuat 3,5 persen dan ada perbaikan di kuartal ke 4.

Begitu juga pada industri perbankan yang mendapatkan tantangan di masa Pandemi saat ini. Namun perbankan nasional dan bank syariah mulai menunjukkan perbaikan yang lumayan.

Perbankan nasional dari sisi year on year (yoy) ada pertumbuhan secara 6,64% secara nasional. Perkembangan kredit masih mengalami penekanan di bawah 2%. Di sisi lain, Dana Pihak Ketiga (DPK) cukup tinggi pertumbuhannya secara yoy sekitar 10,88%.

Baca Juga:Pandemi Covid-19, Perbankan Syariah di Sumut Tumbuh Double Digit 

“Ini kondisi yang terjadi di perbankan sekarang. Pertumbuhan DPK nya double digit dan sementara penyaluran pembiayaan masih rendah atau negatif. Begitupun industri syariah mampu tumbuh 14% sedangkan khusus BSI mampu tumbuh 16%,” ujar Direktur Utama Bank Syariah Indonesia (BSI), Hery Gunardi dalam Pemaparan Kinerja Semester I PT Bank Syariah Indonesia Tbk, Jumat (30/7/21) sekira pukul 10.00 WIB melalui virtual.

Menurut Hery, saat ini BSI menekankan 4 fokus strategi yakni, pertama integrasi operasional pasca legal merger, kedua mendorong pertumbuhan bisnis yang sehat dan sustain, ketiga memanage efisiensi dan keempat akselerasi kapabilitas digital.

“Saat ini kita sudah memasuki fase terakhir untuk integrasi rekening atau yang kami sebut roll out BSI antara eks BNI Syariah dan eks BRI Syariah sudah 7,2 juta rekening nasabah. Atau sudah mencapai 86% dari total 8,3 juta rekening. Kita juga optimis pada 1 November 2021, seluruh jaringan BSI bisa terintegrasi dan sampai akhir 2021 sebanyak 100% dari total nasabah akan memiliki akun di sistem baru BSI,” sebutnya.

“Kita juga saat ini sangat selektif melihat segmen mana saja yang memiliki daya tahan untuk kita dorong secara perlahan tapi tetap dengan asas kehati-hatian. Karena kita tidak ingin menuai Non Performing Financing (NPF) di kondisi yang tidak menentu ini,” terangnya.

Baca Juga:Permudah Transaksi Perbankan, Ketua TP PKK Serahkan QRIS  Kepada Batu Bara Mart

Secara pertumbuhan di masa PPKM ini, lanjut Hery, memang mengalami perlambatan. Maka dengan melakukan transaksi digital yakni dengan mobile banking yang tanpa harus datang ke bank bisa dimanfaat masyarakat. Baik transaksi perbankan, transaksi e-commerce dan juga fintech.

Sementara itu, Direktur Finance & Strategy BSI menyampaikan di masa pandemi pada Semester I 2021 ini laba bersih BSI mampu tumbuh 34,29% (yoy) menjadi Rp1,48 triliun di Juni 2021 dari Juni 2020 yang hanya 1,10 triliun. Sedangkan aset di Juni 2021 ada 247,10 triliun meningkat dari Juni 2020 yang hanya 214,75 triliun atau tumbuh 15,16% (yoy).

“Bahkan dari sisi pembiayaan BSI juga mampu tumbuh 11,73% menjadi 161,5 triliun di Juni 2021 yang dari Juni 2020 hanya 186,5 triliun. Ini sesuatu yang baik tentunya. Sementara NFS Gross bisa mengalami perbaikan turun 0,12%. Di sisi lain, kita mampu membentuk cadangan yang sangat kuat untuk mengantisipasi cadangan ke depan. Yakni cadangan cash yang kita miliki meningkat dari 105% jadi 145%. Tentu secara yoy ini tumbuh hampir 4%,” pungkasnya.(anita/hm10)

Related Articles

Latest Articles