Tuesday, February 11, 2025
logo-mistar
Union
EKONOMI

Menteri ESDM Bakal Wajibkan Eksportir Batu Bara Gunakan Harga Acuan

journalist-avatar-top
By
Tuesday, February 11, 2025 08:26
67
menteri_esdm_bakal_wajibkan_eksportir_batu_bara_gunakan_harga_acuan

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia. (f: tempo/mistar)

Indocafe

Jakarta, MISTAR.ID

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia akan mewajibkan pelaku usaha batu bara untuk menggunakan Harga Batu Bara Acuan (HBA) dalam transaksi ekspor. Kebijakan ini akan dituangkan dalam Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM dalam waktu dekat.

Menurut Bahlil, selama ini eksportir batu bara cenderung menggunakan harga pasar global, yang lebih rendah dibandingkan HBA. Jika aturan ini diterapkan, industri batu bara dalam negeri diyakini akan lebih kompetitif.

"Tidak dalam waktu lama lagi, kami akan mempertimbangkan untuk membuat Keputusan Menteri agar harga HBA itulah yang dipakai untuk transaksi di pasar global," ujar Bahlil di kantornya, Senin (10/2/25), dilansir dari CNN Indonesia.

Saat ini, HBA Januari 2025 ditetapkan sebesar US$124,01 per ton, lebih tinggi dibandingkan harga batu bara Newcastle yang berada di angka US$116,79 per ton. Perbedaan harga ini berkisar antara US$7,5 hingga US$29 per ton.

Bahlil menegaskan bahwa seluruh eksportir nasional harus mengikuti kebijakan ini. Jika ada yang melanggar, Kementerian ESDM akan mencabut izin ekspornya.

"Kalau tidak mau, kita ambil izin ekspornya. Masak harga batu bara negara kita dibuat lebih murah ketimbang negara lain? Masak harga batu bara kita ditentukan negara lain," ucapnya.

Selama ini, harga batu bara dalam negeri mengacu pada beberapa indeks, salah satunya Indonesia Coal Index (ICI). Padahal, sebagai salah satu produsen batu bara terbesar di dunia, Indonesia seharusnya bisa menjadi penentu harga batu bara global.

Perlu diketahui, sepanjang 2024, Indonesia mencatat ekspor batu bara sebanyak 555 juta ton, dengan tren yang terus meningkat.

Sementara itu, total konsumsi batu bara dunia mencapai 8-8,5 miliar ton, namun yang beredar di pasar global hanya 1,5 miliar ton. Artinya, ada defisit 7-7,5 miliar ton, yang menunjukkan peluang besar bagi Indonesia untuk mengontrol harga batu bara dunia.

Bahlil menekankan bahwa Indonesia harus memanfaatkan posisi strategis ini. Jika terus ditekan dengan harga rendah, Indonesia bisa mempertimbangkan langkah lain, termasuk membatasi ekspor batu bara.

"Jadi batu bara kita ini betul-betul berdampak masif dan terstruktur. Kalau harga kita ditekan terus, tidak menutup kemungkinan kita berpikir lain," tuturnya. (cnn/hm20)

journalist-avatar-bottomRedaktur Elfa Harahap

RELATED ARTICLES