Melirik Ragam Barang Bekas dan Antik yang Dijual di Pinggir Jalan
Para pedagang barang bekas dan antik yang sedang melayani pembeli di Jalan Sutomo. (f:ari/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Beragam barang bekas dan antik dijajakan di Jalan Sutomo simpang Jalan Veteran, tak jauh dari Pasar Sambu kian mencuri perhatian masyarakat maupun pengguna jalan yang melintas.
Lokasi tersebut kerap dijuluki sebagai Pasar Ular. Sudah lama dikenal sebagai pusat jual beli barang bekas masih layak pakai dan barang-barang antik untuk dikoleksi.
Hal tersebut dikatakan Suroso (54), pedagang yang sudah berjualan selama hampir 7 tahun di lokasi tersebut.
“Biasanya banyak masyarakat maupun kolektor yang berburu barang bekas. Selain harganya yang murah, barang yang saya jual juga ada sebagian bermerek pada masanya,” ujarnya saat ditemui di Jalan Sutomo simpang Jalan Veteran Kelurahan Pandau Hilir Kecamatan Medan Perjuangan, Selasa (14/1/25).
Menurut Suroso, dia masih bertahan dengan usaha barang kuno di tengah era digital saat ini karena menilai sudut pandang masyarakat itu berbeda.
"Apalagi jika ada pembelinya itu adalah kolektor barang antik, surga tersendiri bagi dirinya ketika mampu mendapatkan barang yang bisa dikoleksinya melalui saya,” terangnya.
Dari pengakuan Suroso, para pembeli maupun kolektor pada usahanya tersebut mayoritasnya merupakan kepribadian yang memiliki ekonomi menengah keatas.
“Barang yang kami jual ini tak mahal, bahkan ada yang harga cuma Rp5.000. Tapi mayoritas pembeli orang yang lebih mapan, apalagi kalau kolektor, mereka terkadang mau memberi uang lebih dari harga yang dibanderol,” jelasnya.
Selain berbelanja barang bekas atau barang antik, unik dan kuno, para pembeli mampu bernostalgia melalui barang-barang tersebut.
Berdasarkan pantauan mistar.id di lokasi, barang bekas yang dijual, seperti setrika pakaian, sepatu, alat-alat listrik, kipas angin, charger gawai, charger laptop, kamera analog, mesin tik, kaset pita, dan radio analog.
Ada juga terlihat beberapa barang lainnya seperti terompet, mangkok antik, perangko, koin kuno, piringan hitam, gramofon, smartphone, teropong, batu akik, powerbank, mancis pemantik, cincin perak, jam tangan, CD, DVD player, serta handphone era 90-an.
Di lokasi yang sama, Joko (49) pedagang lainnya mengatakan barang-barang yang dijual harganya bervariasi.
“Untuk kisaran harga tak bisa dipastikan, dan harganya berbeda semua. Hal ini karena faktor kebiasaan di Pajak Ular ialah tawar menawar. Apabila, pandai dalam tawar menawar berbelanja di sini, maka dapatlah harga yang murah,” tuturnya.
Menurutnya, barang yang dijual itu tidak ada lagi produksi baru hingga masuk kategori langka.
Baca Juga: Rumah dan Gudang Barang Bekas Habis Terbakar
“Tentunya tak bisa kita patokkan ada stok atau tidak, karena ini kan beragam. Intinya yang disajikan itu barang langka, makanya jadi incaran orang,” sebutnya.
Joko menegaskan barang yang disajikan tersebut bukanlah barang dari hasil rampasan maupun curian yang selama ini menjadi gosip di masyarakat.
“Kami mendapatkan barang ini biasanya dari orang yang sudah membuang barang-barang tak terpakai saat pindahan. Tapi difilter dulu, biasanya kami dapatkan juga melalui relasi, bahkan dari luar kota juga ada, jadi pemasok nya juga ada untuk barang-barang ini,” bebernya.
Sementara itu, Rasya (31), pembeli batu cincin dan uang logam Rp100 mengaku tertarik membeli setelah melintas di sana.
“Saya tadi kebetulan lewat sini baru pulang kerja. Saya lihat ramai jadi saya singgahkan untuk melihat. Terpikat sama beberapa barang, ya sudah saya beli saja untuk dikoleksi,” tandasnya. (ari/hm18)
PREVIOUS ARTICLE
Kadis PMD Batu Bara: 90 Persen Desa Telah Serahkan SPj 2024