10.8 C
New York
Monday, May 6, 2024

Inflasi di Amerika Serikat Bisa Berdampak ke Sait Buttu Saribu Pamatang Sidamanik

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Tekanan inflasi di Amerika Serikat saat ini tergolong agak tinggi yakni 7,5 persen. Tekanan inflasi itu tertinggi dalam 45 tahun terakhir di Negeri Paman Sam tersebut. Hal ini bisa berdampak ke Nagori Sait Buttu Saribu Kecamatan Pamatang Sidamanik Kabupaten Simalungun.

Seperti disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Pematangsiantar Teuku Munandar, dalam kegiatan ‘Bincang Media’ yang digelar usai meninjau dari lokasi Edukasi Wisata Penangkaran Lebah Madu TAKOMA di Nagori Sait Buttu Saribu, Selasa (15/3/22) pagi.

“Pertumbuhan ekonomi dunia ini diperkirakan masih positif. Mudah-mudahan di 2022-2023, memang agak turun dari 2021, kenapa? Karena di 2021 itu baseline atau (informasi) dasarnya adalah 2020, kondisinya lagi minus. Jadi, begitu 2021 bagus, dia langsung tinggi naiknya, karena dasarnya itu lebih rendah dari yang sebelumnya,” tuturnya.

Baca Juga:Minyak Goreng Penyumbang Inflasi di 3 Kota IHK di Sumut

Meski pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan masih positif, kata Munandar, Amerika Serikat saat ini sedang mengalami tekanan inflasi yang agak tinggi yaitu sebesar 7,5 persen.

“Itu tertinggi dalam 45 tahun terakhir di AmerikaSserikat. Kenapa? Karena habis pandemi itu, mereka meningkatkan produksinya dan konsumsinya. Jadi memang tinggi konsumsi masyarakat, permintaan barang semua tinggi. Sementara, di sisi lain bahan baku masih terbatas. Itulah yang menyebabkan inflasi mereka tinggi,” ujarnya.

“Terus, apa hubungannya sama Indonesia. Karena begini, kalau Amerika itu inflasinya tinggi, maka bank sentralnya The Fed itu akan menaikkan suku bunga yang mungkin lebih cepat dan lebih agresif. Jadi mungkin, yang tadi naiknya 1-2 persen, itu bisa jadi lebih. Itu untuk meredam inflasi di negara Amerika. Nah, kalau The Fed menaikkan suku bunganya, itu dikuatirkan arus modal keluar dari Indonesia. Investor itukan mencari penempatan uang yang bunganya tinggi dan aman,” bebernya.

Baca Juga:Perkuat Pengendalian Inflasi, TPID Siantar Susun Road Map TPID 2022-2024

Amerika Serikat, kata Munandar, adalah negara penempatan uang yang paling aman di dunia saat ini, sehingga kalau mereka menaikkan suku bunga, maka investor-investor asing akan meminjamkan dananya dari negara-negara berkembang yang risikonya lebih tinggi dibanding Amerika Serikat, untuk dialihkan semua.

“Istilahnya di ekonomi, itu Capital Outflow, ini yang dikuatirkan. Kalau ini terjadi, artinya modal keluar, dolar kita juga akan terserap keluar semua. Otomatis biasanya, dampaknya adalah kenaikan nilai tukar dolar terhadap rupiah. Dampaknya ke perekonomian kita, ya kalau dolar sudah naik, macam-macam efeknya, bahan impor naik. Apalagi kita lagi impor vaksin, impor APD, impor obat-obatan. Jadi akan terasa membebani anggaran kita,” ungkapnya.

Baca Juga:Januari Inflasi, Harga Kebutuhan Pangan Naik

Di tengah situasi keledai yang masih import, kata Munandar, akan menyebabkan harga tempe maupun tahu akan naik. Inilah yang dikuatirkan di 2022, adanya gejolak yang dipicu oleh kenaikan suku bunga dari Amerika.

Inilah yang diantisipasi oleh Bank Indonesia dengan berbagai kebijakan, bagaimana caranya supaya dampaknya itu gak terlalu terasa di Indonesia.

“Jadi memang sekarang ini, antara dunia sama di pelosok, di Sait Buttu juga ada hubungannya. Begitu harga dolar naik, kedelai naik, gorengan (tahu maupun tempe) di Sait Buttu gak ada lagi mungkin, karena tidak bisa beli tempe-tahu, pada mogok. Jadi itulah sekarang hubungan antar negara itu sudah tidak ada batasnya. Jadi, yang terjadi di amerika itu bisa berdampak ke sait buttu. Itu ceritanya,” jelasnya.(ferry/hm10)

Related Articles

Latest Articles