14.8 C
New York
Friday, October 4, 2024

Deflasi 5 Bulan Berturut, Mendag: Harga Pangan Terlalu Murah

Jakarta, MISTAR.ID

Terkait dengan inflasi yang terjadi selama 5 (lima) bulan berturut-turut di Indonesia juga mendapat respon dari Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan.

Menurut menteri yang akrab dikenal sebagai Zulhas itu, deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut itu disebabkan oleh harga pangan yang terlalu murah.

Zulhas juga menyebut, penanganan deflasi berbeda dengan inflasi, di mana pemerintah dapat melakukan intervensi melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).

Baca juga: Deflasi 5 Bulan Berturut di Indonesia, ini Kata Menkeu

“Saya ini karena terus terang memang kalau inflasi itu (harga) naik ya, kita cepat bisa atasi sebetulnya karena ada bupati, ada walikota, ada anggaran APBD dari dana yang tidak terduga kan, bisa, bisa itu,” cecarnya, pada Jumat (4/10/24).

“Nah, ini memang ada beberapa yang terlalu murah. Terlalu murah. Terlalu murah ini kan kita belum ada jalan untuk membantunya kan gitu, belum ada,” ujarnya.

Ia memberikan contoh mengenai harga pangan yang terlalu murah, seperti harga cabai yang hanya mencapai Rp 15.000 per kilogram, jauh di bawah harga patokan pemerintah sebesar Rp 40.000 per kilogram. Demikian juga dengan telur yang harganya turun, mencapai Rp 24.000 per kilogram, sedangkan harga patokan adalah Rp 28.000 per kilogram.

“Kalau saya bilang terlalu murah, pasti saya di-bully lagi nih. Cabai terlalu murah, misalkan patokan kita Rp 40.000, di pasar cuma Rp 15.000, itu langsung bangkrut petaninya gitu loh. Seperti cabai, bawang murah sekali ya, termasuk saya kira juga telur,” bebernya.

Baca juga: Pasca Krisis 1999, Indonesia Alami Deflasi Selama 5 Bulan Berturut-turut

Zulhas juga mengakui, turunnya harga barang dipengaruhi peralihan musim, dari musim kemarau ke musim hujan. Ia mengungkapkan beberapa bahan pangan rentan terhadap peralihan musim, seperti cabai yang lebih mudah busuk saat musim hujan.

Zulhas menegaskan bahwa pihaknya akan mengkaji lebih dalam mengenai penurunan harga ini, untuk menentukan apakah disebabkan oleh suplai yang melimpah atau penurunan daya beli masyarakat.

“Apa karena suplainya banyak sekali sehingga harganya terlalu murah, atau daya beli yang turun? Nanti kita lihat, kita kaji lebih lanjut,” tandasnya. (kpc/hm27)

Related Articles

Latest Articles