Masjid Agung Brussel: Pusat Kebudayaan dan Ibadah Islam dengan Sejarah yang Kaya


Masjid Agung Brussels awalnya merupakan Paviliun Oriental yang dirancang arsitek Belgia, Ernest Van Humbeek. (f: ist/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Masjid Agung Brussel adalah masjid terbesar dan paling berpengaruh di Belgia. Terletak di Parc du Cinquantenaire, masjid ini berfungsi sebagai pusat Islam dan kebudayaan.
Dibangun pada 1880 dalam gaya arsitektur orientalis, masjid ini awalnya merupakan "Paviliun Oriental" yang dirancang oleh arsitek Belgia, Ernest Van Humbeek.
Bangunan ini dibuat sebagai bagian dari pameran internasional untuk memperingati 50 tahun kemerdekaan Belgia, menampilkan budaya Afrika Utara dan Timur Tengah dengan lengkungan Moor, motif Islam, serta kubah yang rumit.
Berbeda dengan anjungan Eropa lainnya, paviliun ini mencerminkan ketertarikan Belgia pada dunia Arab, terutama ambisinya menjajah Afrika Utara. Namun, setelah pameran berakhir, bangunan ini terbengkalai selama beberapa dekade.
Sejarah masjid dimulai pada 1967 ketika Raja Baudouin menyewakan paviliun yang terlantar ini kepada Arab Saudi selama 99 tahun untuk dijadikan pusat kebudayaan Islam.
Raja Faisal bin Abdulaziz Al Saud membiayai restorasinya, menjadikannya masjid yang melayani komunitas muslim Belgia, yang saat itu didominasi imigran Maroko dan Turki.
Renovasi yang dipimpin arsitek Tunisia, Boubaker Ben Salah, menambahkan ruang salat dengan mihrab menghadap kiblat, sekolah agama, dan pusat kebudayaan untuk studi Islam dan bahasa Arab.
Selama beberapa dekade, masjid ini dikelola oleh Islamic and Cultural Centre of Belgium (ICC) dengan pengaruh besar Arab Saudi. Namun, setelah serangkaian serangan teroris pada 2016, parlemen Belgia meninjau ulang pengaruh Arab Saudi atas institusi Islam.
Pada 2018, pengelolaan masjid dialihkan ke Executive of Muslims in Belgium (EMB) untuk mengurangi potensi ekstremisme. Sejak itu, masjid ini mengalami reformasi agar lebih selaras dengan prinsip sekularisme Belgia, tanpa kehilangan peranannya sebagai pusat ibadah dan kebudayaan.
Ciri khas arsitekturnya meliputi kubah besar dan menara ikonik, pola geometris rumit, serta kaligrafi Arab di interiornya. Masjid ini mampu menampung sekitar 1.000 jemaah, sementara taman di sekitarnya memberikan suasana tenang bagi pengunjung. Keindahan arsitekturnya menjadikannya landmark sejarah dan budaya penting di Belgia.

Masjid Agung Brussels awalnya merupakan Paviliun Oriental yang dirancang arsitek Belgia, Ernest Van Humbeek. (f: ist/mistar)
Setelah beralih ke manajemen lokal, Masjid Agung Brussel semakin fokus pada dialog antaragama, mengadakan diskusi untuk memperkuat pemahaman lintas agama. Masjid ini juga menyelenggarakan pendidikan Islam, kajian Al-Qur'an, kursus bahasa Arab, serta ceramah keislaman.
Selain itu, berbagai acara terbuka diadakan untuk memperkenalkan Islam kepada publik, termasuk program bagi pemuda muslim guna mendorong integrasi mereka dalam masyarakat Belgia.
Masjid ini menjadi pusat perayaan hari besar Islam seperti Ramadan dan Idulfitri, serta berbagai kegiatan sosial dan amal. Meski pernah menghadapi kontroversi, masjid ini tetap menjadi institusi keagamaan dan budaya yang berperan penting dalam mempromosikan Islam yang moderat, inklusif, dan terbuka.
Saat ini, muslim di Belgia berjumlah sekitar 4,0 - 7,6% dari total populasi 11,8 juta jiwa, atau sekitar 472.494 hingga 898.539 orang. Islam pun menjadi agama terbesar kedua di Belgia setelah Kristen, dengan komunitas muslim yang berkembang pesat sejak 1960-an akibat imigrasi dari Maroko dan Turki. (anwar/hm24)
PREVIOUS ARTICLE
Masjid Roma: Ikon Islam Terbesar di Eropa yang Memukau Dunia