5.5 C
New York
Friday, April 26, 2024

Kriminolog : Ketersinggungan Pribadi akan Hal Kecil Menjadi Pemicu Tewasnya Pelajar SMKN 9 Medan

Medan, MISTAR.ID

Kriminolog Dr Redyanto Sidi menilai ketersinggungan pribadi akan hal-hal kecil menjadi pemicu tewasnya seorang pelajar SMKN 9 berinisial F (15) dalam insiden tawuran di SPBU Jalan Kapten Sumarsono, Jumat lalu.

“Apalagi kelompok ada yang merasa bebas dan pernah bersinggungan antar sekolahnya di masa lalu. Tak tertutup kemungkinan juga pernah menyaksikan film gangster atau melihat kerusuhan di sekitarnya, sehingga mereka terdorong juga,” ujar Redyanto saat dimintai tanggapannya, Senin (28/11/22).

Redyanto sangat kecewa dengan insiden itu. Menurutnya, euphoria pelajar salah alamat dan tidak terarah dengan baik, sehingga pelampiasannya semakin menjadi-menjadi ketika berkelompok.

Baca juga:Kriminolog: Tawuran Remaja Dipicu Tuntutan Ekonomi

“Patut diselidiki lebih lanjut asal muasal senjata tajam itu darimana, sehingga luput dari pengawasan orang tua dan sekolah. Atau kemungkinan lain mereka telah siapkan di tempat lain, setelah keluar sekolah,” katanya.

Redy berpendapat, pengaruh dari budaya luar yang mereka serap dari perkembangan teknologi tanpa batas saat ini, juga menjadi faktor tewasnya korban dalam insiden tawuran. Ditambah lagi dengan situasi yang dipicu karena menurut mereka tidak ada yang akan menghalangi atau mencegah, serta tidak takut hukum.

“Alhasil, apa yang sudah diajarkan guru dan diingatkan oleh orang tua mereka abaikan. Di sisi lain, ini juga dapat merupakan pelampiasan rasa jenuh dan beban karena merasa terkekang,” katanya.

Redy mengingatkan Kepolisian untuk turun ke sekolah-sekolah bersama orang tua dan guru untuk melakukan pencegahan dini, menyampaikan dampak hukum akibat melakukan tawuran.

“Diperlukan juga pemeriksaan urine, ditambah pemberian pendidikan agama yang dilakukan bersama tokoh agama di sekolah-sekolah,” pesannya.

Psikolog Irna Minauli menambahkan, perilaku pelajar yang terlibat tawuran sudah termasuk dalam extraordinary crime (kejahatan yang serius). Kenakalan remaja atau juvenile delinquency dapat disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal.

Secara internal, anak yang memiliki kepribadian conduct disorder (gangguan perilaku) sejak kecil sudah memperlihatkan perilaku melanggar aturan dan bertindak kejam pada binatang atau orang.

“Secara eksternal penyebabnya pertemanan yang buruk, ketidakpuasan dengan sekolah, masalah ekonomi, serta kurangnya kesempatan untuk rekreasi dan berolahraga,” katanya.

Menurut Irna, faktor sosial lain juga berpengaruh antara lain keluarga yang tidak utuh (broken home), serta lingkungan yang penuh kekerasan. Selanjutnya, remaja di usia mereka yang relatif muda memiliki energi yang berlebih.

“Ketika mengalami frustrasi dan tidak diarahkan dengan tepat, maka kemarahannya itu akan mencari jalan melalui tindak kekerasan,” ungkapnya.

Baca juga:Kriminolog: Tawuran Remaja Dipicu Tuntutan Ekonomi

Selain itu, menurut dia, penggunaan senjata tajam yang digunakan atau dimiliki seseorang dapat membangkitkan hasrat agresivitas pada dirinya (weapon effect) sehingga mereka cenderung lebih suka berkelahi dan melukai orang lain.

“Penggunaan senjata membuat seseorang merasa hebat dan seolah memiliki kekebalan sehingga mereka tidak terlalu memperdulikan keselamatan dirinya,” pungkasnya.

Sebelumnya, Polrestabes Medan menangkap lima pelaku pembacokan yang menewaskan pelajar berinisial F (15) di sebuah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Jalan Kapten Sumarsono, Desa Helvetia, Kecamatan Sunggal, Jumat (25/11/22) lalu.

Sebagian dari pelaku ada yang tidak sekolah, ada juga yang alumni, ada juga ketua geng motor XL (RML). Sementara saat pembacokan yang didahului dengan tawuran itu, korban yang merupakan pelajar SMKN 9 Medan saat itu sedang sendiri. (ial/hm06)

 

Related Articles

Latest Articles