21.4 C
New York
Thursday, May 2, 2024

Kisah Inspiratif, Berdirinya Syurga Kurma di Kota Medan: Berawal dari Anjuran Dokter

Medan, MISTAR.ID

Pasangan Susanto dan Siti Nurjannah Tambunan memulai bisnis mereka dari nol. Sebelumnya, pasangan ini tidak pernah terpikir untuk membangun bisnis, apalagi menjual buah kurma.

Siapa sangka, Susanto yang kala itu hanya berprofesi sebagai guru honorer di salah satu sekolah di Kota Medan dan Jannah seorang ibu rumah tangga, memilih mendirikan usaha yang diberi nama Syurga Kurma.

Tentu di balik berdirinya usaha yang mereka ramu bersama memuat kisah suka dan duka. Yuk, mari simak ulasan berikut ini untuk mengetahui kisah inspiratif pasangan tersebut dapat mendirikan sebuah usaha.

Saat ditemui Mistar di sela-sela rutinitas, Minggu (18/6/23), Santo bercerita panjang terkait perjuangannya mendirikan usahanya yang diberi nama Syurga Kurma. Dalam kesempatan tersebut, ia berkisah awal merintis hingga berdiri sampai sekarang ini.

Sembari mengenang, ia pun menerangkan bahwa  usaha itu terbangun semula atas anjuran dokter. Kala itu sekitar tahun 2018, diceritakan Santo, istrinya sedang hamil anak pertama, akan tetapi kondisi berat dari janin dikatakan dokter kandungan tidak normal.

Baca juga : Bangkutaman Berbagi Kisah Ketidakpastian Lewat ‘Lala (Lala)’

“Jadi, waktu itu kondisi berat badan anak kami terbilang tidak normal saat memasuki bulan kelima kehamilan. Di situ, dokter pun menganjurkan untuk rutin mengonsumsi vitamin termasuk buah kurma, supaya janinnya tetap sehat dan bertambah beratnya (badan),” ucap Santo di halaman belakang toko Syurga Kurma Jl. Williem Iskandar No. 235 Medan.

Mendapatkan anjuran tersebut, Susanto pun rutin membelikan sari kurma dan kurma setiap kali habis untuk diberikan kepada sang kekasih hingga menjelang hari kelahiran sang buah hati. Dikatakan Santo saat itu cukup sulit mendapatkan sari kurma dan kurma.

“Sulit banget waktu itu mencari vitamin, sari kurma, hingga kurma. Dapat pun harganya mahal karena bulan biasa (bukan Ramadan). Ya sudah, sejak saat itu saya selalu sandingkan itu ke istri, karena secara mediskan bagus juga untuk kesehatan kandungan,” katanya.

Seakan tak percaya dengan anjuran dokter tersebut, Santo dengan wajah sumringah mengatakan anak pertamanya terlahir dengan kondisi sehat dan berat badan yang mencapai 4 kg.

“Jadi kondisi kandungan yang dibilang dokter berat badannya tidak normal, setelah itu alhamdulillah lahir 4 kg (beratnya) bahkan dibilang cukup sehatlah,” tuturnya dengan raut wajah berseri-seri.

Dilanjutkan Santo, sejak saat itu ia berpikir untuk membuka usaha jual kurma. Dengan profesinya yang masih menjadi seorang guru honorer, Santo nekat menyandingkan profesinya tersebut dengan juga membuka usaha kecil-kecilan.

“Mulai dari itu, saya terpikir ‘Bagaimana kalau jual kurma, ya?’. Terus, tak pikir panjang saya memberanikan diri untuk melakukan usaha itu bersama istri. Memang sempat ada pemikiran ‘Bagaimana kalau tidak laku, ya? Kan lama-lama kurma bisa busuk’ gitu,” ucapnya.

Dengan keyakinan dan tekad yang kuat, pikiran negatif seperti itu pun tak cukup kuat menghalangi Santo dan Jannah untuk terus berjalan maju.

“Awal-awal mulai (merintis) usaha, saya menjadi reseller-lah. Saya beli dari teman saya, kemudian saya jual lagi. Waktu itu jualannya masih di rumah (Bandar Setia) dan juga online lewat Facebook dan berbagai platform lainnya,” tuturnya.

Dari masa merintis itu, Santo mengaku senang sekali rasanya ketika ada yang membeli kurmanya baik secara langsung maupun online.

“Kan kita kalau awal-awal jualan terus ada yang beli kita semangat kali untuk menjualkannya, ya, kan? Nah, jadi waktu itu ada yang pesan dari online, senang kali rasanya. Saya rela-relakan buat antar pesanan itu ke mana pun,” tuturnya lagi.

Menjual kurma tidaklah menjadi hambatannya untuk tetap mengabdi menjadi seorang guru. Santo pun mengaku hampir setiap hari membawa pesanan kurma saat pergi mengajar dan diantar selepas selesai mengajar.

Baca juga : Edy Rahmayadi Kisahkan Pernah Duduk Beralaskan Tikar di Taman Depan Rumah Dinas Gubernur Sumut Bersama Ibunya

“Wah, penuh perjuangan kali waktu itu. Rela menempuh jarak jauh untuk mengantar pesanan kurma tak kenal terik panas hingga hujan badai sekalipun sanking senang dan bersyukurnya. Lama kelamaan terasa juga di badan (lelah),” ujarnya sambil tertawa kecil.

Semenjak saat itu, dirasa usaha yang dijalani sudah cukup stabil, Santo pun memilih untuk merelakan profesinya sebagai seorang guru, karena ingin fokus menjalani usahanya. Disebutkan Santo juga saat ini Syurga Kurma sudah memiliki beberapa karyawan untuk menjaga tokonya.

“Pelan-pelan kita coba sewa ruko di sini (Jl. Williem Iskandar) untuk buka cabang selain yang di rumah (Bandar Setia) juga buka. Alhamdulillah kini Syurga Kurma sudah berusia lima tahun sejak tahun 2018 dan tidak hanya menjual jenis-jenis kurma saja, tapi juga ada produk herbal, produk pakaian muslim, produk alat salat, dan insyaallah rencananya juga kita akan jual beragam kitab (buku-buku islami),” sambungnya.

Tak sampai situ, Santo pun mengatakan Syurga Kurma melayani jual beli secara online baik lewat media sosial maupun platform Tokopedia maupun Shopee. Serta juga melayani jual beli secara langsung di toko yang terletak di Jl. Williem Iskandar No. 235 Medan dan Jl. Terusan Bandar Setia Tembung.

Lanjut lagi, saat ditanya soal asal mula nama Syurga Kurma, Santo menjelaskan nama itu diambil dari nama istrinya.

“Nama itu muncul dari nama istri, yakni Jannah. Dalam bahasa Arab, jannah itukan artinya syurga. Nah, dari situlah tercetus nama Syurga Kurma. Terus, syurga itukan tempat yang isinya baik-baik semua, jadi kita ingin dari nama Syurga Kurma itu seperti layaknya sebuah syurga,” jelasnya.

Untuk diketahui, kedua insan tersebut merupakan alumnus sarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN SU) Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Dinamika UIN SU. Sang suami meraih gelar Sarjana Ekonomi, sementara sang istri bertitel Sarjana Pendidikan (Matematika). (Deddy/hm19)

Related Articles

Latest Articles