11.5 C
New York
Sunday, October 20, 2024

Demi Biaya Kuliah, Mahasiswi UINSU Ini Gigih Belajar Kopi dan Jual Gorengan 

Baca Juga : Gali Potensi dan Prestasi Mahasiswa Unggul, UINSU Gelar MTQ 2023

Walaupun tak banyak ke ladang, Clara sempat mempelajari proses gabah hingga menjadi biji kopi dan tahap roasting yang kemudian bisa diseduh. “Tapi ternyata biji kopi kami belum bisa dikatakan bagus. Jadi saya belajar terus dengan hal-hal yang menarik seputar kopi, apalagi ini salah satu komoditas pertanian yang banyak manfaatnya untuk kesehatan selain kekayaan Indonesia,” tambahnya.

Disampaikannya juga, banyak kendala yang dialami petani kopi di desanya, seperti kurangnya edukasi terhadap penanganan kopi yang baik dan benar. “Selama ini kami menanam kopi secara tradisional serta turun menurun dan hanya menjual ceri kopinya saja, ternyata kopi itu bisa dijual dengan harga yang lebih mahal saat sudah diproses lagi,” tuturnya.

“Proses yang beda bisa menghasilkan kopi yang berbeda, bahkan saya baru minum kopi yang asli saat di Medan, karena kopi di kampung saya bungkusan yang prosesnya sudah dicampur jagung arang,” sambungnya.

Banyak Kelihangan Teman

Akibat tak memiliki waktu luang, Clara mengatakan bahwa ia banyak kehilangan teman dekat dan waktu untuk bermain. “Karena waktu banyak tertuang ke jualan dan lainnya, jadi tidak dekat lagi dengan teman-teman dan kehilangan waktu untuk bermain serta kumpul bareng teman. Tapi lama kelamaan ada satu dan dua teman yang masih dekat,” ucapnya sedih.

Baca Juga : UINSU Wisuda 3.104 Mahasiswa, Rektor: Tetaplah Jadi Orang Rendah Hati

Seiring berjalannya waktu, Clara mengatakan bahwa dirinya mendapatkan beasiswa sehingga perlahan mengurangi kegiatan jualannya agar tidak terlalu capek dan tidak terlalu ambis dalam bekerja.

“Karna percuma punya tabungan banyak tapi jadi sakit-sakitan. Jadi mulai tidak terlalu ambisi kali bekerja dan mulai buka jualan online dan ambil job-job yang tidak terlalu berat yang terpenting cukup, tenang dan senang,” katanya.

Banyak bakat-bakat lain yang Clara perdalam seperti musikalisasi puisi yang membuatnya cukup di kenal di organisasi. Hingga saat ini, ia juga telah memulai bisnis lainnya yakni membuat aksesosis dari manik-manik hingga berniat membuka stand di bazar.

“Ini berawal dari keresahan anak muda pada umumnya, lihat trend saat ini jadi saya dan teman memutuskan untuk buka usaha aksesoris handmade kemudian belajar dari youtube dan sosial media,” ungkapnya.

“Dan alhamdulillah pelanggan banyak, ada beberapa yang masih nempah dan sekarang kepikiran pengen nyoba buat ke bazar,” pungkasnya. (dinda/hm24)

Syahrial Siregar
Syahrial Siregar
Alumni STIK-P Medan. Menjadi jurnalis sejak 2008 dan sekarang redaktur untuk portal mistar.id

Related Articles

Latest Articles