21.2 C
New York
Monday, August 19, 2024

Artefak di Museum Fansuri Bukti Kejayaan Desa Jago Jago Pada Abad II Masehi

Baca Juga : Menilik Kisah Perjuangan Pahlawan Sumut Pada Koleksi Museum Djoeang 45

Menurut penelitian yang dilakukan Sultane Institute, Situs Bongal masih harus diungkap terhadap sejarah yang cukup panjang. Sejak abad II Masehi sudah ada kosmopolitan dan kemajemukan orang lokal, bisa bertemu dengan orang luar negeri dari Eropa, Arab, dan India.

“Agama Hindu, agama Islam, Kristen semua berkumpul di Bongal pada masa itu. Sungguh hal yang luar biasa dan kita tidak boleh mengabaikan sejarah, tanah dan tempat kita berada sekarang menjadi saksi bahwa sejak abad II sudah ada transaksi perdagangan orang luar negeri dengan penduduk lokal,” ungkapnya.

Hasil penemuan di Situs Bongal, sejak abad ke II Masehi daerah Jago Jago merupakan jalur perdagangan rempah. Perdagangan dunia telah terhimpun berkolaborasi dan menjadi kosmopolitan dengan penduduk lokal dan berbagai bukti sejarah.

Dapat disaksikan dalam museum adanya hasil-hasil kerajinan pada masa itu seperti artefak tembikar, artefak manik-manik, artefak keramik, koin- koin masa islam, fragmen pecahan kaca, hingga alat-alat kedokteran. Terdapat pula kemudi kapal yang diperkirakan semuanya usianya sudah ribuan tahun lalu dan banyak lagi temuan yang sangat luar biasa dan melalui Museum Fansuri ini dunia akan tahu bahwa situs ini menjadi kebudayaan dunia.

Baca Juga : Museum Negeri Sumut Simpan 7.026 Koleksi Benda Sejarah

Sejumlah artefak di Museum Fansuri. (f: feliks/mistar)

Sugeng tampak kagum melihat isi Museum Fansuri Situs Bongal yang berdiri kokoh tak jauh dari pinggiran pantai itu. Baginya kunjungan ke desa tersebut suatu kejutan dan pengalaman yang sangat berarti selama dirinya bertugas di Tapteng.

“Ini sangat surprise, kejutan dengan adanya Museum Fansuri Situs Bongal yang dikelola oleh Sultanate Institute, dilihat dari bangunan gedung sangat bagus, artefak tertata dengan rapi lengkap dengan penjelasannya,” sebutnya.

Sugeng yang merupakan Wakil Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah ini menilai, museum itu menjadi kekayaan sejarah peradaban dan budaya Tapteng. “Saya yakin belum banyak orang tahu tentang keberadaan Museum Fansuri Situs Bongal ini. Tugas kita sekarang bagaimana mempromosikannya, mempublikasikannya ke publik, sehingga dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke Museum Fansuri  Situs Bongal ini,” pungkasnya. (feliks/hm24)

Syahrial Siregar
Syahrial Siregar
Alumni STIK-P Medan. Menjadi jurnalis sejak 2008 dan sekarang redaktur untuk portal mistar.id

Related Articles

Latest Articles