MISTAR.ID – Pria yang dikenal dengan sebutan Bapak AI, Geoffrey Hinton bicara blak-blakan terkait ancaman AI bagi banyak masyarakat dunia setelah ia memutuskan untuk meninggalkan tim riset AI di Google.
Geoffrey Hinton mengatakan keseriusan perusahaan teknologi untuk mempercepat lahirnya AI dan ini mampu mengancam lapangan pekerjaan, juga membahayakan masyarakat dunia. Artinya, komputer dapat lebih pintar daripada manusia. Bahayanya, AI mampu membuat gambar dan teks palsu yang meyakinkan.
“Chatbot AI cukup menakutkan. Untuk saat ini, mereka tidak lebih pintar dari kita. Namun, saya pikir, mereka bisa lebih pintar dari kita dalam waktu dekat,” kata Hinton, seperti dilansir dari Reuters, Selasa (9/5/2023).
Baca Juga: Wow! Singapura Pakai Teknologi Tinggi Tanam Stroberi, Produksi Bisa 100 Kali Lipat
Bahkan, Hinton menyebutkan AI lebih bahaya dibandingkan perubahan iklim yang sedang terjadi saat ini.
“Saya tidak ingin meremehkan perubahan iklim. Saya tidak ingin mengatakan, Anda tidak perlu khawatir tentang perubahan iklim. Itu juga risiko yang sangat besar. Tapi, saya pikir AI menjadi lebih mendesak. Dengan perubahan iklim, sangat mudah untuk merekomendasikan apa yang harus Anda lakukan. Misalnya, Anda berhenti membakar karbon. Untuk masalah AI, sama sekali tidak jelas apa yang harus Anda lakukan,” beber Hinton.
Keputusan Hinton untuk keluar dari tim riset AI di Google karena ia ingin secara terbuka kepada masyarakat luas terkait ancaman AI.
“Ini sama sekali tidak realistis. Saya di kubu yang berpikir ini adalah risiko eksistensial, dan AI sudah cukup dekat, sehingga kita harus bekerja sangat keras sekarang, dan mengerahkan banyak sumber daya untuk mencari tahu apa yang bisa kita lakukan,” lanjutnya lagi.
Di Uni Eropa, sebuah komite dari anggota parlemen menanggapi surat yang didukung Musk terkait seruan agar Presiden AS Joe Biden mengadakan pertemuan puncak global tentang masa depan teknologi dengan Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen.
Baca Juga: Saham Raksasa Teknologi China ‘Alibaba’ Melonjak Setelah Rencana Pemisahan Diumumkan
Minggu lalu, panitia menyetujui proposal penting yang menargetkan AI generatif yang akan memaksa perusahaan seperti OpenAI untuk mengungkapkan materi hak cipta apa pun yang digunakan untuk melatih model mereka.
Sementara itu, Joe Biden sudah berbicara dengan beberapa pemimpin perusahaan AI, termasuk CEO Alphabet, Sundar Pichai dan CEO OpenA,I Sam Altman di Gedung Putih.
“Pemimpin teknologi paling memahaminya, dan politisi harus terlibat. Itu mempengaruhi kita semua, jadi kita semua harus memikirkannya,” kata Hinton.