11.4 C
New York
Saturday, May 4, 2024

Pematang Siantar Menuju Smart City, Bagaimana Konsep Sebenarnya?

MISTAR.ID-Rencana Pemko Siantar untuk menjadikan kota ini menjadi Smart City atau Kota Pintar patut didukung semua pihak. Sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan rencana besar tersebut, pada Senin hingga Selasa (3-4/6/23), Pemko menggelar bimbingan teknis (Bimtek) di Ruang Serbaguna Pemko Pematang Siantar.

Wali Kota Pematang Siantar, dr Susanti Dewayani dalam kegiatan itu menyatakan, pembangunan fasilitas pendukung untuk mewujudkan Kota Pematang Siantar menjadi Smart City, belum maksimal.

Alasannya, sampai saat ini belum ada dokumen master plan sebagai dasar pembangunan Smart City yang terintegrasi. Apalagi Smart City bukan hanya menyangkut teknologi, tetapi juga bagaimana partisipasi warga dalam membangun dan mengelola sebuah Kota Pintar.

Menurut dr Susanti, semua pihak, termasuk pemerintah, perusahaan, serta warga, harus terlibat dalam proses pengambilan keputusan, memberikan masukan dan mendukung inisiatif pembentukan Smart City.

Konsep Dasar

Lalu seperti apa sebenarnya konsep dasar sebuah Smart City? Dari berbagai sumber yang dirangkum Mistar.Id, Smart City atau Kota Pintar mengandalkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk meningkatkan efisiensi operasionalnya. Kemudian berbagi informasi dengan publik, serta memberikan kualitas layanan pemerintah serta kesejahteraan warga yang lebih baik.

Tujuan utama kota pintar yakni untuk mengoptimalkan fungsi kota. Selanjutnya mengakselerasi pertumbuhan ekonomi. Kemudian meningkatkan kualitas hidup warganya dengan memanfatkan teknologi dan analisis data.

Poin utamanya terletak pada bagaimana teknologi yang telah tersedia digunakan dengan maksimal untuk mensejahterakan warganya.

Jika mengacu pada pada laman resmi PUPR, Smart City didefenisikan sebagai pengembangan sebuah kota atau wilayah berbasis ICT (Information and Communication Technologies).

Artinya, di wilayah atau kota bersangkutan tersedia fasilitas informasi dan infrastruktur yang saling berkaitan antara pemerintah daerah dengan elemen bisnis, masyarakat dan potensi kota bersangkutan.

Smart City lazimnya dimanfaatkan untuk mewujudkan kemampuan sebuah kota dalam menyediakan layanan terhadap individu atau masyarakat untuk bereksplorasi dalam dunia maya dengan cepat.

Smart city juga dapat didefenisikan sebagai sebuah kota yang menggabungkan konsep digital, natural dan sosial. Tujuannya akhirnya adalah terbentuknya peningkatan ekonomi, infrastruktur kota yang baik, lingkungan yang bersahabat, serta transportasi dan kehidupan yang nyaman.

Pilar Utama Smart City

1. Smart Governance

Yang dimaksud dengan Smart Governance adalah upaya peningkatan partisipasi masyarakat di dalam pemerintahan, informasi yang terbuka dan transparan dan pelayanan sosial umum.

2. Smart Economy

Smart economy adalah membangun kawasan yang mandiri dan inovasi bisnis.

3. Smart Mobility

Smart mobility artinya sebuah upaya untuk mempermudah mobilitas atau pergerakan dan keterhubungan antara satu wilayah dengan wilayah lain. Mobilitas ini juga mencakup kota bersangkutan dengan kota di sekitarnya. Infrastruktur berbasis teknologi menjadi pendukung kelancaran mobilitas ini.

4. Smart Environment

Smart environment adalah lingkungan pintar yang mencakup pemantauan jaringan dan lingkungan serta efisiensi energi.

5. Smart People

Smart people adalah dimensi yang meliputi pendidikan berbasis digital dan kegiatan yang menghasilkan kreatifitas.

6. Smart Living

Smart living adalah format terakhir yang fokus pada wilayah pengembangan budaya. Tujuannya adalah menunjang sektor pariwisata, kesehatan dan keamanan, serta akses teknologi. Pembangunan dan perbaikan infrastruktur yang saat ini digencarkan pemerintah daerah, menjadi modal utama untuk terwujudnya konsep Smart City.

Tantangan dan Peluang

Dalam implementasi sebuah Kota Pintar, tentunya ada tantangan dan peluang yang harus dihadapi. Smart City bukan hanya mengenai teknologi saja, melainkan juga sebuah upaya inovatif dalam merubah ekosistem sebuah kota.

Saat pemerintah daerah berani mengubah sebuah peraturan untuk mempermudah sebuah proses, hal ini dbisa dikategorikan sebagi cara inovatif dan sudah menjadi bagian dari Smart City.

Disini, teknologi berperan sebagai pemicu yang membuat segala sesuatunya menajdi lebih mudah digunakan dan dimanfaatkan oleh pemerintah daerah dan warganya.

Dikutip dari laman Kominfo, menurut Direktur LAIP Kemkominfo, Bambang Dwi Anggono, tantangan dan peluang yang hadir dalam implementasi sebuah Kota Pintar cukup banyak.

Menurut pengalamannya saat melakukan penilaian atau assessment pada 100 kota/kabupaten di Indonesia selama tiga tahun, tepatnya tahun 2017-2019, tantangan yang muncul dapat dikategorikan sebagai berikut:

1.Pemerintah daerah terjebak rutinitas (No APBD, No Smart City);

2.Anggapan smart city sama dengan proyek TIK, bukan sebagai perubahan budaya kerja;

3.Kapasitas SDM teknis rendah;

4.Belum meratanya infrastruktur TIK;

5.Kurangnya komitmen pemimpin daerah

Bambang Dwi kemudian memberikan masukan apa saja yang harus dilakukan oleh sebuah kota atau kabupaten agar dapat mewujudkan Kota Pintar antara lain:

1.Memastikan dewan smart city memiliki wawasan dan niat baik untuk membangun kota melalui upaya-upaya inovatif;

2. Menggalang kerja sama dengan semua pihak, termasuk pihak-pihak di luar ekosistem internal kota;

3. Memiliki keberanian daerah untuk mengembangkan kebijakan pro inovatif dan kolaboratif.(mtr/hm01)

 

Related Articles

Latest Articles