25.7 C
New York
Saturday, September 21, 2024

La Nina dan Dampaknya Bagi Indonesia

MISTAR.ID

Fenomena La Nina menjadi perbincangan hangat manakala terjadi sejumlah bencana yang disebabkan curah hujan yang tinggi. Kondisi ini merupakan ancaman bagi wilayah yang rawan bencana. Lantas, seperti apakah fenomena La Nina yang perlu kita ketahui dan seperti apa ancamannya bagi Indonesia.

La Nina adalah fenomena alam yang menyebabkan udara terasa lebih dingin atau mengalami curah hujan yang lebih tinggi. La Nina menjadi salah satu faktor yang menyebabkan musim hujan di Indonesia terjadi, selain angin muson.

Nama La Nina diambil dari bahasa Spanyol yang berarti gadis kecil. Fenomena ini merupakan kebalikan dari fenomena El Nino yang menyebabkan panas di Indonesia.

Terjadinya La Nina Dilansir dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), ketika terjadinya fenomena ini, Suhu Muka Laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan hingga di bawah suhu normal. Pendinginan ini berpotensi mengurangi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah. Selain itu, angin pasat (trade winds) berembus lebih kuat dari biasanya di sepanjang Samudera Pasifik dari Amerika Selatan ke Indonesia.

Baca juga:Mensos Imbau Pemda Lakukan Mitigasi Bencana Hadapi La Nina

Hal ini menyebabkan massa air hangat terbawa ke arah Pasifik Barat. Karena massa air hangat berpindah tempat, maka air yang lebih dingin di bawah laut Pasifik akan naik ke permukaan untuk mengganti massa air hangat yang berpindah tadi. Hal ini disebut upwelling dan membuat SML turun.

Kondisi ini akan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia, serta membuat musim hujan terjadi lebih lama.

Mengukur La Nina
Fenomena La Nina bisa diukur dan di kelompokkan menjadi beberapa macam. Dua cara yang bisa digunakan untuk mengukur La Nina adalah dengan sea surface temperature (SST) dan southern oscilation index (SOI). Pembagian pertama dengan cara SST akan mengelompokkan fenomena ini sebagai berikut:

La Nina lemah, jika SST bernilai lebih besar dari -0,5 dan berlangsung selama 3 bulan berturut-turut.
La Nina sedang, jika SST menunjukkan nilai -0,5 sampai -1 dan berlangsung minimal tiga bulan berturut-turut.
La Nina kuat, jika nilai SST lebih kecil dari -1 selama setidaknya tiga bulan berturun-turut.

Cara kedua adalah dengan SOI. SOI mencatat perbedaan tekanan udara permukaan di daerah Pasifik Timur dengan tekanan udara permukaan daerah Indo-Australia. Cara ini bisa mengukur La Nina dan El Nino sekaligus tergantung hasil perhitungannya.

SOI diukur lebih lama dari SST, SOI diukur selama enam bulan. Jika angkanya +5 sampai +10 maka tahun tersebut akan disebut dengan tahun La Nina.

Baca juga:BNPB Minta BPBD Siaga Potensi Bahaya Hidrometeorologi Akibat La Nina

Dampak La Nina terhadap Indonesia
Sesuai pembahasan di atas, La Nina menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat. Seberapa dahsyat dampaknya bergantung dari derajat fenomena itu, apakah lemah, sedang, atau berat.

Pada kondisi berat, fenomena ini bisa memicu berbagai bencana alam seperti banjir, banjir bandang, dan longsor. Maka dari itu, masyarakat perlu lebih waspada jika La Nina terjadi.

Namun, perlu diketahui bahwa fenomena ini mungkin tidak terjadi di semua bagian di Indonesia. Biasanya kejadian ini hanya akan berdampak pada beberapa wilayah saja. (kompas/hm06)

Related Articles

Latest Articles