17.8 C
New York
Tuesday, May 14, 2024

Peran Kader Dibutuhkan untuk Mengatasi Stigma Penderita TBC

Medan, MISTAR.ID

Masih banyak stigma mengenai penderita penyakit Tuberculosis (TBC). Sebab, seseorang terjangkit penyakit TBC membutuhkan waktu 6 bulan untuk proses penyembuhan.

Ketua Yayasan Mentari Meraki Asa (YMMA) Sumut, Sri Maharani Arfiani mengatakan, untuk mengurangi stigma ini para kader akan terus melakukan pendampingan hingga tuntas.

“Artinya pendampingan hingga pasien TBC benar-benar sehat kembali. Kami sebagai kader akan tetap terus memotivasi dan mengedukasi pasien TBC agar mereka menjadi percaya diri dan mampu percaya kalau pengobatan TBC ini bisa sembuh,” ujarnya, Jumat (3/11/23).

Apalagi, untuk pengobatan sendiri diperoleh secara gratis dan pihaknya memberikan pendamping dari kader untuk memotivasi dan mengedukasi, serta suport sosial, psikososial, kepada pasien TBC.

“Banyak jumpai mereka (pasien TBC) merasa dirinya tidak percaya bahwa pengobatan TBC ini tidak bisa sembuh. Sehingga stigma yang kami lakukan memberikan dukungan yang bekerja sama dengan penyintas TBC. Kalau di Kota Medan yaitu pejuang sehat dan bermanfaat (pesat) mereka memotivasi pasien lain untuk bisa sembuh dengan pengobatan secara teratur dan minum obat teratur dan menggunakan masker dan meyakini bahwa TBC bisa disembuhkan ya,” katanya.

Baca Juga : Tuntaskan TBC, Indonesia Tengah Siapkan Vaksin

Kadis Kesehatan Sumatera Utara (Sumut) dr Alwi Mujahit Hasibuan MKes mengatakan, stigma memang masih dijumpai dan inilah menjadi tugas dari kader-kader kesehatan.

“Sangat dibutuhkan peran kader. Termasuk juga melakukan pendampingan sampai tuntas pada masyarakat. Perlu diketahaui bahawa kader ini juga ada komponen masyarakat lainnya yang juga sudah peduli dengan penyakit TBC ini salah satunya YMMA tadi atau para penyintas. Kita berkolaborasi dengan mereka. Memberikan motivasi, meyakinkan dengan metode pengobatannya akan tuntas alias bisa sembuh dan selanjutnya memberikan pencegahan pada sekitarnya,” jelas Alwi.

Menurut Alwi, stigma ini bisa diatasi dengan mencari cara pendekatan secara budaya untuk bisa mendapatkan kepercayaan sehingga bisa menurunkan stigma.

“Saat ini kasus tertinggi ada di Kota Medan sebesar 30% dan di Deli Serdang 10%. Kalau kita tuntaskan dua ini, sudah 40% beban kasus yang tereliminasi. Untuk itu, hingga saat ini kami terus bekerja sama dengan stakeholder dan kawan-kawan di Medan lainnya untuk menuju eliminasi TBC di 2028 dengan melakukan skrining ke semua pihak,” pungkasnya. (anita/hm24)

Related Articles

Latest Articles