17.8 C
New York
Thursday, May 2, 2024

Dampak Rumah Kaca di Dunia Dipaparkan Venus

Jakarta, MISTAR.ID

Adanya perubahan iklim merupakan ancaman terbesar yang dihadapi umat manusia seperti diasumsikan sejumlah pihak.

Planet tetangga Bumi, Venus bisa memberikan wawasan yang bernilai perihal potensi efek bencana tersebut.

Prospek melonjaknya gas CO2 yang mengakibatkan efek rumah kaca mengancam kehidupan di Bumi memang menakutkan. Di sini bisa belajar dari Venus, planet yang mempunyai iklim ekstrem dengan kandungan gas rumah kaca yang pekat.

Baca juga:Pandemi, Emisi Gas Rumah Kaca Tembus Rekor Tertinggi

Astronomi memiliki sejumlah cara untuk membantu melindungi dunia, salah satunya meluncurkan satelit pemantau perubahan iklim. Para ahli juga mampu mempelajari sejarah planet lain untuk memahami pembentukan dunia yang dapat dihuni seperti yang dilihat saat ini.

Contohnya, Mars dulunya lebih basah dan mirip dengan Bumi. Sedangkan Venus merupakan planet lain yang bisa memberikan informasi penting tentang perubahan iklim. Venus adalah dunia neraka, panas dan beracun. Bukan hanya manusia, rover robotik pun akan kesusahan berfungsi di Venus.

Peneliti ilmiah untuk Centre National de la Recherche Scientifique Prancis di Universitas Geneva, Martin Turbet berupaya menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Dirinya berfokus pada bagaimana Venus bisa memberikan gambaran tentang keadaan dimana suatu planet terjebak dalam situasi gas rumah kaca yang berlebihan.

Venus juga mengalami evolusi sama seperti planet lain. Evolusi diawali dalam kondisi panas dan cair.

Baca juga:Jokowi Ingatkan Target Penurunan Gas Rumah Kaca Indonesia

Sejalan berjalannya waktu, planet-planet itu memantulkan radiasi ke antariksa dan mendingin. Di suatu masa, Venus mungkin memiliki samudera cair dari uap air pada tahap awal evolusinya, mengkondensasi di permukaan planet dan berubah menjadi cair.

Martin memakai model iklim global tiga dimensi untuk mensimulasikan seluruh aspek atmosfer Venus, termasuk interaksi gas dan awan dengan cahaya Matahari, serta perputaran atmosfer. Simulasi ini memberikan foto atmosfer tanpa awan di wilayah Venus yang terkena sinar Matahari secara langsung dan dengan awan terbentuk terutama di kutub maupun sisi malam planet.

Distribusi awan ini membuat pemanasan kuat lewat efek rumah kaca, mencegah air cair terbentuk di permukaan Venus. Keadaan yang mungkin sudah ada sejak awal perkembangan planet tersebut.

Menurut Martin, apabila suatu saat Bumi menjadi terlalu hangat, hal itu bisa memicu efek rumah kaca berlebihan yang berdampak penguapan samudera dari permukaan dan masuk ke atmosfer. Tahapan ini membutuhkan waktu yang cukup lama selama evolusi Bumi.

Baca juga:10 Negara Terindah di Dunia, Indonesia Posisi Berapa?

“Temuan kami menampilkan insolasi Bumi, jumlah radiasi Matahari yang diterima sebuah planet di permukaannya, mungkin sebagai kunci utama dan alasan mengapa Bumi terhindar dari nasib serupa seperti Venus,” katanya dirangkum dari Sky AT Night Magazine.

Insolasi yang rendah memungkinkan dunia untuk mengkondensasi samudranya pada awal terbentuknya. Satu-satunya cara air dapat mengkondensasi di permukaan Bumi atau tidak hilang di permukaan adalah dengan mengurangi jumlah radiasi Surya yang diterima oleh planet.

Sebelumnya 4 miliar tahun yang lalu, Bumi mengalami tahapan paradoks Matahari Muda yang redup. Dimana kecerahan Surya lebih rendah, menghasilkan keadaan yang memungkinkan Bumi untuk mengkondensasi samuderanya. (rpblk/hm16)

Related Articles

Latest Articles