Washington D.C, MISTAR.ID
Satelit kayu pertama telah tiba di Stasiun Antariksa Internasional (ISS), Selasa (5/11/24). Satelit bernama LignoSat berukuran sebesar tangan orang dewasa dan hasil karya Jepang. Satelit dibawa ke ISS menggunakan kapsul kargo Dragon milik SpaceX.
Berukuran hanya 10 sentimeter per sisi, LignoSat mungkin dapat memberikan dampak besar bagi masa depan penerbangan luar angkasa dan eksplorasi.
“Meskipun penggunaan kayu di luar angkasa terdengar aneh, para peneliti berharap uji coba ini menunjukkan bahwa satelit berbahan kayu dapat lebih ramah lingkungan dibandingkan satelit konvensional,” ujar Meghan Everett, Wakil Kepala Ilmuwan Program ISS NASA, dikutip dari Space, Kamis (7/11/24).
Satelit konvensional umumnya dibuat dari aluminium, yang saat terbakar di atmosfer Bumi pada akhir masa tugasnya. Kemudian, menghasilkan aluminium oksida. Senyawa ini dapat mengganggu keseimbangan termal Bumi dan merusak lapisan ozon.
Baca juga: China Bakal Buat Konstelasi Satelit Tandingan Starlink
Masalah ini semakin memprihatinkan seiring bertambahnya jumlah satelit di orbit, terutama dengan adanya jaringan satelit seperti Starlink milik SpaceX yang saat ini memiliki sekitar 6.500 satelit aktif.
Kehadiran satelit berbahan kayu seperti LignoSat diharapkan dapat menjadi solusi masa depan. Tim LignoSat menyebut, dengan menggantikan aluminium dengan kayu magnolia, satelit ini tidak akan mencemari atmosfer saat kembali ke Bumi.
“Satelit logam mungkin akan dilarang di masa depan,” ujar Takao Doi, mantan astronot Jepang dan profesor di Universitas Kyoto.
“Jika satelit kayu pertama ini berhasil, kami berharap dapat menawarkan teknologi ini ke SpaceX milik Elon Musk,” tambahnya.
Baca juga: Puluhan Satelit Starlink Terbakar
LignoSat dikembangkan oleh Universitas Kyoto bersama Sumitomo Forestry, sebuah perusahaan berbasis di Tokyo. Sekitar satu bulan ke depan, satelit kubus ini akan diluncurkan dari modul Kibo di ISS ke orbit.
Jika rencana berjalan lancar, perangkat elektronik di dalamnya akan merekam dan mengirimkan data selama enam bulan.
“Para mahasiswa peneliti akan mengukur suhu dan tekanan kayu serta mengamati perubahan dalam kondisi vakum ruang angkasa, oksigen, dan radiasi atom,” jelas Everett.
Tim LignoSat juga menyebut, uji coba yang berhasil bisa membawa dampak di luar orbit Bumi. “Kayu mungkin terlihat tradisional, tetapi ini adalah teknologi canggih untuk misi ke Bulan dan Mars,” ujar Kenji Kariya, manajer di Sumitomo Forestry Tsukuba Research Institute. (space/hm20)