Jakarta, MISTAR.ID
Seorang saksi kasus dugaan pungutan liar (Punli) di Rumah Tahanan (Rutan) Merah Putih KPK, Wahyudin yang juga merupakan terpidana dalam kasus korupsi suap, mengaku membayar Rp20 juta.
Uang itu diberikan kepada petugas rutan agar bisa keluar lebih cepat dari ruang isolasi. Seperti disampaikan Wahyudin dalam sidang pemeriksaan saksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, pada Senin (7/10/24)
“Saya bisa keluar dari ruang isolasi lebih cepat menjadi tujuh hari dari normatifnya 14 hari karena memenuhi permintaan petugas,” tutur Wahyudin.
Baca juga: 15 Tersangka Pungli Rutan KPK Dijerat Pasal Pemerasan
Ruang isolasi itu merupakan tempat para tahanan dihukum apabila tidak membayarkan atau terlambat membayar pungli yang diminta para petugas rutan.
Ketika itu, kata Wahyudin, para petugas rutan memberitahukan terlebih dahulu bahwa apabila ada ingin keluar dari ruang isolasi lebih cepat, maka harus memberikan bayaran uang.
Oleh karena itu, Wahyudin pun memberikan uang yang diminta petugas karena memang ruang isolasi yang dia tempati saat itu tidak nyaman lantaran pengap dan panas.
Baca juga: Pelaku Intelektual Kasus Pungli Rutan KPK Siap-siap Jadi Tersangka
Ruangan isolasi yang berukuran 2×3 meter itu, kata Wahyudin, diisi satu orang setiap ruangannya. Dan setiap penghuni yang ditahan di ruang isolasi tersebut juga tidak boleh keluar.
“Makanan dikirimkan ke dalam ruang isolasi, toilet dan shalat pun di dalam. Sangat menyakitkan,” ungkapnya.
Selain permintaan uang untuk keluar dari ruang isolasi, Wahyudin juga mengatakan, ada juga permintaan iuran yang merupakan pungli di Rutan KPK dengan kisaran Rp5 juta sampai Rp6 juta per bulannya.
Dalam kasus dugaan pungli di Rutan Cabang KPK, terdapat 15 terdakwa yang diduga melakukan pungli atau pemerasan kepada para tahanan senilai total Rp6,38 miliar pada rentang waktu tahun 2019 hingga 2023. (ant/hm27)
