Jakarta, MISTAR.ID
Gempa megathrust kini menjadi fokus perhatian global, karena gempa besar ini diyakini hanya menunggu waktu untuk terjadi. Indonesia sendiri memiliki 16 zona megathrust yang tersebar di berbagai wilayah.
16 Zona Megathrust di Indonesia Indonesia memiliki zona megathrust di subduksi aktif yang tersebar di beberapa wilayah, mulai dari Subduksi Sunda, Subduksi Banda, Subduksi Lempeng Laut Maluku, Subduksi Sulawesi, Subduksi Lempeng Laut Filipina, hingga Subduksi Utara Papua.
Baca juga:Â BMKG: Gempa Gunungkidul Berhubungan dengan Megathrust
Zona subduksi aktif ini dibagi menjadi beberapa segmen yang menjadi sumber gempa. Berdasarkan ‘Peta Sumber dan Bahaya Gempa’ yang diterbitkan oleh Pusat Studi Gempa Nasional tahun 2017, berikut ini adalah 16 zona megathrust di Indonesia beserta potensi maksimal besaran gempanya:
- Megathrust Aceh-Andaman (M 9,2)
- Megathrust Nias-Simeulue (M 8,9)
- Megathrust Batu (M 8,2)
- Megathrust Mentawai-Siberut (M 8,7)
- Megathrust Mentawai-Pagai (M 8,9)
- Megathrust Enggano (M 8,8)
- Megathrust Selat Sunda-Banten (M 8,8)
- Megathrust Jawa Barat (M 8,8)
- Megathrust Jawa Tengah-Jawa Timur (M 8,9)
- Megathrust Bali (M 9,0)
- Megathrust NTB (M 8,9)
- Megathrust NTT (M 8,7)
- Megathrust Laut Banda Selatan (M 7,4)
- Megathrust Laut Banda Utara (M 7,9)
- Megathrust Utara Sulawesi (M 8,5)
- Megathrust Lempeng Laut Filipina (M 8,2)
Penduduk yang tinggal di sekitar zona-zona tersebut perlu waspada dan melakukan mitigasi bencana secara dini. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyebutkan bahwa BMKG telah memasang 39 seismograf di wilayah dekat Megathrust Lempeng Banten dan Selat Sunda. Selain itu, telah dipasang juga 20 akselerograf dan 22 alat pemantau tinggi laut atau automatic water level.
“Sirine ini sangat penting untuk evakuasi. Sebelumnya hanya ada dua pada tahun 2018, namun kini sudah dipasang 15 siren. Warning receiver system juga telah dipasang di BPBD, hotel, dan industri sebanyak 81 unit,” ujar Dwikorita, dilansir dari CNN Indonesia, Jumat (30/8/24).
