12.8 C
New York
Sunday, September 8, 2024

Orang Tua Siswa Sambut Positif Festival Tari Anak Sumut 2024

Medan, MISTAR.ID

Sebanyak 20 lebih peserta dari berbagai Sekolah Dasar (SD) di Sumatera Utara (Sumut) menampilkan tarian tradisional pada Festival Tari Anak Sumut di Museum Negeri, Jalan HM Joni No 51, Kecamatan Medan Kota, Kota Medan, Sabtu (27/7/24).

Salah satu peserta dari SD Swasta Nurul Hasanah, Kabupaten Deli Serdang menampilkan tarian yang berasal dari Batak Toba, yakni Pinggan Sapa.

Baca juga: Peringati Hari Anak, Komunitas Seni Tari Medan Gelar Festival Tari Anak Sumut

“Persiapannya satu bulan, karena dapat brosurnya pas liburan sekolah kemarin. Kami memberanikan diri karena ini pengalaman pertama mengikuti lomba. Anak yang ikut dari kelas 5 dan 6, berjumlah 5 orang,” ungkap perwakilan sekolah, Sri, kepada mistar.

Sementara itu SD Negeri 066652 Helvetia menampilkan tari Sihutur Sanggul, juga dari Batak Toba. Tarian ini umumnya dilakukan saat penyambutan para tamu dan upacara adat.

“Kami baru latihan dua minggu. Pertama kalinya ini ikut lomba, mudah-mudahan bisa juara,” ucap salah satu penari Sihutur Sanggul, Hadi (11).

Dalam kesempatan tersebut para dewan juri menjelaskan kriteria penilaian, yaitu rasa (penghayatan, penjiwaan, ekspresi), birama (tempo, keselarasan musik dan gerak), wiraga (kemampuan gerak, totalitas gerak), Harmonisasi (keselarasan tarian, kostum, musik) dan kreativitas.

Baca juga: Festival Tari 2024, Dorong Anak Muda Peka Berkreativitas Melestarikan Budaya

“Kami akan menilai secara objektif, sesuai pengalaman berkesenian masing-masing. Sebelumnya, kami sudah meriset selama beberapa tahun mengenai seni tari tradisional Sumut,” kata salah satu dewan juri.

Pantauan Mistar, acara tersebut berlangsung meriah, ditandai dengan antusiasme para peserta dan ramainya penonton. Dihadiri lebih dari 200 orang, baik dari penonton, peserta, guru pendamping, maupun orang tua.

Ketua Panitia Pelaksana, M Nasir menerangkan, kegiatan seperti ini baik untuk tumbuh kembang anak. Dengan seni dan budaya, para anak akan lebih peka terhadap sekitar.

“Lewat tarian, mereka tidak hanya belajar gerakan, tetapi juga harmonisasi yang mencakup beberapa aspek, seperti kerjasama tim, kepercayaan diri, dan melatih mental juara. Semoga event tari anak ini bisa rutin diadakan,” harapnya.

Baca juga: Festival Demokrasi Damai, Mimi Surbakti: Generasi Muda Harus Bertindak Ekstrim

Salah satu orang tua peserta, Dian menyampaikan, adanya kegiatan seni dan budaya membuat anaknya mengurangi aktivitas lain seperti main hp berlebih.

“Biasanya main game terus. Sejak rutin latihan jadi jauh berkurang. Awalnya malas-malasan tetapi ketika tahu ada lomba, dia jadi semangat dan serius latihan,” katanya.

Ibu dua anak ini juga menegaskan bahwa di era internet seperti sekarang semakin susah mengontrol anak. Sebab informasi yang masuk dan didapat sangat sulit untuk disaring.

“Tetapi dengan berkesenian sejak dini, mereka sudah terfokus pada kegiatan positif, informasi yang dicari pun lebih ada tujuan, seperti mengenai gerakan-gerakan tari yang sedang dipelajari, jadi lebih terkontrol,” tegasnya. (maulana/hm17)

Related Articles

Latest Articles