23.1 C
New York
Friday, July 12, 2024

Makna Filosofi Beringin dan Silinjuang Bagi Batak Sangat Berdampak Bagi Kehidupan

Toba, MISTAR.ID

Secara umum Bangso Batak (suku Batak) khususnya yang tinggal di Kabupaten Toba masih berpedoman terhadap filosofi yang menggambarkan ciri – ciri dan pertumbuhan tanaman (pohon – pohon) untuk gambaran kehidupan sehingga bersatu, saling melindungi serta menuju kesuksesan.

Penerapan terhadap pohon yang tumbuh di alam sampai diterapkan dalam acara pesta adat sampai merangkai ke dalam seni lisan, nasehat, syair -syair dan juga doa – doa, dalam istilah Batak disebut ‘Umpasa’ agar pesan yang disampaikan diterapkan dalam kehidupan rumah tangga hingga bermasyarakat.

Menurut Jamson Sirait, memang untuk generasi sekarang pemanfaatan dan pengertian dari filosofi tanaman masih dilakukan dalam acara adat dan umpasa kendati penerapannya tidak murni dilakukan dan bisa dikatakan sebagai simbolis.

Baca juga: Menghormati Leluhur Dijunjung Tinggi Suku Batak, Landasan Persaudaraan yang Tak Tergerus Zaman

“Seperti halnya pohon hariara (beringin) yang melambangkan kesejahteraan, persatuan, pelindung sebagai pengayom yang berada di sekitarnya, istilahnya pembawa harapan yang sering disebut Junjung Baringin,” ujar Jamson, Jumat (12/07/2024).

Dikatakannya, ada satu umpasa, hariara ma bonana hariara ma nang rattingna na runggun bulungna naramos nang parbuena, molo gabe hahaha gabe ma nang anggina ihut ma dohot boru, suang songoni nang berena, bisa diartikan agar keluarga mendapatkan banyak keturunan hingga sejahtera sampai anak cucu.

“Merunut umpasa hariara (beringin) bisa disematkan kepada istri (paniaran) penghasil keturunan, juga kesuksesan rumah tangga berada ditangan paniaran. Untuk itu di dalam pelaksanaan pesta adat tor -tor paniaran menyematkan ranting beringin di kepala paniaran, terlebih acara adat kematian, tambak dan tugu,” tuturnya.

Baca juga: Menjual Pariwisata Toba Butuh Dukungan Filosofi Culture Gorga Batak

Lanjut dia, sementara tanaman yang cocok untuk laki – laki ( suami) dalam acara adat yang disematkan di kepalanya berupa tanaman (tumbuhan) yang bernama Silinjuang yang bermakna mudah tumbuh dan tanpa pengurusan maksimal tumbuh dengan subur dan seperti itulah suami dapat mencari nafkah berlimpah untuk menghidupi keluarga.

“Diciptakanlah satu umpasa, lomak ma silinjuang, lomak so binaboan. Tudia hamu mangalakka dapot ma pangomoan nang pacarian yang berarti dalam bekerja selalu mendapatkan rezeki melimpah,” tandasnya.

Dari sini dapat disimpulkan filosofi Batak banyak mengambil kehidupan yang ada di alam. Karena setiap manusia di dunia harus hidup dan berdampingan dengan alam karena alam selalu memberikan contoh kehidupan yang menuju kedamaian dan kesuksesan abadi dan masih banyak lagi filosofi Batak yang tidak hanya merunut tumbuh – tumbuhan bahkan kehidupan hewan juga dijadikan panutan. (nimrot/hm17)

Related Articles

Latest Articles