18.6 C
New York
Sunday, October 6, 2024

Survei: Bank Konvensional Lebih Banyak Digunakan Timbang Bank Digital

Jakarta, MISTAR.ID

Survei Persepsi Pembayaran Konsumen (CPAS) 2022 Visa di Indonesia menemukan bahwa masyarakat menggunakan bank konvensional lebih banyak daripada bank digital, sebesar 51%.

Sebagian besar responden survei menyatakan beberapa kekhawatiran mereka tentang bank digital.

Sebanyak 46% mengatakan khawatir rekening mereka di-hack, 39% khawatir akan transaksi ilegal atau penipuan, dan 35% khawatir tentang jaringan yang tidak stabil.

Dalam gelar wicara Visa “Memasuki Era Virtual Banking di Indonesia”, yang dipantau secara virtual di Jakarta, Senin, Head of Products and Solutions Visa Indonesia Dessy Masri mengatakan, “Itu kekhawatiran utama terhadap bank digital. Oleh karena itu, kita perlu terus meningkatkan literasi bank digital, terutama dari sisi keamanan.”

Namun, survei menemukan bahwa penggunaan bank digital di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya, mencapai 75% pada 2020, 86% pada 2021, dan 88% pada 2022.

Generasi milenial dan Gen Z, yang lebih adaptif dengan teknologi, adalah penyumbang utama peningkatan ini, tetapi tingkat literasi keuangan mereka masih rendah dibandingkan dengan peningkatan inklusi keuangan.

Baca juga : Kinerja Perbankan Syariah di Sumut Tumbuh Positif

Menurut Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2022, indeks inklusi keuangan mencapai 85,10%, dan indeks literasi keuangan masyarakat mencapai 49,68%.

Nailul Huda, pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), mengatakan situasi ini menunjukkan bahwa banyak orang memiliki akun bank, tetapi tidak memahami produk keuangan mereka. Ia percaya bahwa hal itu dapat membahayakan masyarakat.

“Karena masyarakat jadi rentan terhadap penipuan. Dibutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat untuk mengurangi risiko tersebut,” ujar Huda.

Dia mendorong upaya meningkatkan literasi keuangan dapat dimulai dari sisi pendidikan.

Bahkan, ia merekomendasikan agar literasi keuangan diterapkan dari jenjang Sekolah Dasar (SD).

“Untuk meningkatkan tingkat literasi, harus dimulai dari pendidikan. Kalau anak SD umumnya cuma mengenal uang dan menabung, tapi harus masuk juga terkait manfaat layanan perbankan, pembayaran menggunakan kartu maupun handphone, dan sebagainya. Literasi ini yang harus kita dorong,” kata Huda. (Antara/hm19)

 

Related Articles

Latest Articles