19 C
New York
Saturday, September 28, 2024

Peluang Indonesia Pasok Minyak Nabati Global 2050

Jakarta, MISTAR.ID

Kebutuhan minyak nabati global diperkirakan mencapai 307,9 juta ton pada 2050, dan produk sawit Indonesia memiliki peluang untuk memenuhinya.

Farid Amir, Direktur Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan Kementerian Perdagangan RI, menyatakan bahwa Indonesia saat ini menyumbang lebih dari 60% dari produksi minyak sawit global dan 22% dari produksi minyak nabati global.

Melalui keterangan tertulis di Jakarta, Jumat, dia menyatakan bahwa Indonesia harus bangga menjadi produsen terbesar dengan total produksi 46,88 juta ton pada 2021, dari produksi minyak sawit global mencapai 75,5 juta ton.

Dia menyatakan bahwa untuk membuat minyak sawit lebih kompetitif dibandingkan minyak nabati non sawit, banyak keunggulannya harus dimaksimalkan dalam pengembangannya.

Baca juga : Ekspor di Sumut Naik 12,80 Persen, Didominasi Golongan Minyak Nabati

Selanjutnya, peningkatan produksi sawit mendukung kinerja ekspor nonmigas Indonesia, yang pada 2022 senilai 275,96 miliar USD dengan kontribusi CPO dan produk turunannya sebesar 15%, atau 41,32 miliar USD.

Menurut catatan Kemendag RI, ekspor CPO dan produk turunannya telah meningkat sebesar 20% dalam lima tahun terakhir. Nilai ekspor Indonesia sebesar 41,32 miliar dolar AS pada 2022, dengan volume ekspor 35,52 juta ton.

Namun demikian Farid mengakui ekspor sawit Indonesia menghadapi tantangan dan hambatan berat di negara tujuan ekspor salah satunya saat ini yakni di Uni Eropa dengan hadirnya Undang-Undang Uni Eropa tentang Deforestasi atau EUDR.

Fadhil Hasan, Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), mengatakan EUDR menjadi regulasi yang mengubah perdagangan ekspor sawit Indonesia ke Uni Eropa, setelah sebelumnya ada hambatan melalui RED II, yang menghentikan konsumsi sawit untuk sektor biofuel.

“Tetapi dengan adanya EUDR ini, bukan hanya sektor energi yang dihambat tetapi juga sektor pangan. Jadi EUDR ini sangat luas dampaknya kepada sektor energi, makanan, dan industri,” katanya.

Menurutnya, ekspor produk sawit Indonesia dan Malaysia ke Uni Eropa telah turun drastis sejak pemberian EUDR pada 2017. Ekspor Indonesia pernah mencapai 5,5 juta ton, tetapi turun menjadi 3,7 juta ton pada 2022, meskipun konsumsi minyak nabati di Uni Eropa telah tumbuh sebesar 4,3 persen.

“Ini terjadi setelah adanya hambatan kepada sawit. Hambatan perdagangan disebabkan oleh persaingan dengan minyak nabati lain,” katanya.

Baca juga :  Minyak Nabati Masih Menjadi Ekspor Utama Wilayah Sumut

Kepala Divisi UKMK Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Helmi Muhansyah, mengatakan bahwa pemerintah telah meningkatkan konsumsi kelapa sawit di dalam negeri melalui kebijakan seperti biodiesel dan produk minyak merah untuk mengantisipasi tantangan dagang terhadap produk kelapa sawit.

Dia menyatakan bahwa BPDPKS berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pemberdayaan kemitraan Usaha Kecil, Menengah, dan Koperasi (UKMK).

Dalam kegiatan “Promosi Sawit Sehat” yang diadakan oleh BPDPKS, dia menyatakan, “Kami melakukan promosi untuk meningkatkan citra produk kelapa sawit dan memperluas pasar kelapa sawit.”

Selain itu, dia berharap pelaku UKMK dapat mengambil manfaat dari program riset sawit yang dibiayai BPDPKS. (Antara/hm19)

Related Articles

Latest Articles