Dalton juga menyayangkan beban yang harus ditanggung bupati dengan rutinitas perjalanan yang melelahkan. “Kita juga kasihan kepada bupati, terlalu capek kesana kemari, dari Raya, ke Siantar, ke Tigarunggu lagi. Sudahlah, tinggal di sini saja lah. Di sini juga segar-segar sayurnya,” ujarnya dengan harap.
Menurut Dalton, bupati seharusnya berperan aktif dalam menarik investor untuk berinvestasi di Raya, yang akan membantu membangun perekonomian daerah. Namun, ketidakhadiran pemerintah dalam mendatangkan investor menjadi keuntungan bagi masyarakat Raya. Dia mengatakan, sebagai masyarakat Raya, harus bisa terima bahwa hadirnya orang luar sebagai pelaku bisnis merupakan tantangan bagi masyarakat Raya.
“Keuntungannya, masyarakat selamat dari ketidakmampuan (bersaing) ini. Namun, rugi dari sisi perputaran ekonomi. Bahkan saat ini masyarakat Raya banyak yang tidak sadar bahwa Raya itu sebagai ibukota,” ujarnya dengan nada prihatin.
Baca juga: Tokoh Kepemudaan Simalungun Minta Warga Cerdas Memilih Calon Pemimpin
Dalton juga mengkritisi kurangnya program pemerintah yang mendorong masyarakat untuk meningkatkan kreativitas dan perekonomian. “Ada (program) UMKM kok, apalagi saat ini nyonya bupati sedang gencar-gencarnya soal itu (UMKM). Di Raya ini banyak UMKM, ada kopi, madu, gula aren juga sedang tren-trennya ini. Tetapi hingga saat ini belum ada berjalan di sini,” katanya dengan nada kecewa.
Ia menambahkan bahwa pada era sebelumnya, pemilik kos dan penjual makanan sangat terbantu karena para pegawai tinggal di daerah itu. “Honor memang yang banyak, tapi pemilik kos senang, begitu juga penjual makanan, berbeda dengan saat ini,” ujarnya dengan nada nostalgia.
Dalton berharap pemerintah dan masyarakat lebih sadar akan potensi Raya sebagai ibukota, serta lebih aktif dalam menciptakan program-program yang mendukung perekonomian daerah. Tanpa perubahan ini, Raya akan terus tertinggal dan kehilangan identitas sebagai ibukota Kabupaten Simalungun. (indra/hm20)
