11.5 C
New York
Sunday, May 5, 2024

Membidik Pertanian Organik di Blok Songo Kabupaten Simalungun

Simalungun, MISTAR.ID

Tidak banyak yang berani kembali berkebun dengan pola tanaman organik. Cara instan, tidak ribet hingga memburu hasil yang maksimal menjadi alasannya. Padahal, pola tanaman menggunakan pupuk kimia dan mengandalkan pestisida untuk mengusir hama, telah diketahui banyak merusak unsur tanah dan hasil tanamannya pun bisa berbahaya.

Namun tidak bagi sekelompok ibu-ibu di Blok Songo, Nagori Silomalaha, Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun. Ada 5 orang petani sayur mayur di sini yang kembali mempertahankan bertanaman sayur dengan menggunakan pupuk organik. Mereka dibina oleh Apni Naibaho yang menggagas perkebunan sayur organik.

Sudah hampir 5 tahun pertanian organik sayur mayur ini di Nagori Silomalaha. Sebelumnya ada banyak petani yang ikut, namun tinggal 5 petani yang bertahan dan konsisten menggunakan pupuk organik.

Baca juga: Waw! Kejutan Pertanian Padi dari Batu Bara, Pupuk Organik Hasilkan 8,5 Ton/Hektar

“Manfaatnya tidak saja bagi konsumen yang sehat mengkonsumsi sayur, tetapi juga petani itu sendiri. Ia tidak akan keracunan pupuk kimia dan pestisida,” ujar Apni, yang senantiasa membina para petani.

Apni juga yang memasarkan sayur organik ini kepada pelanggan. Penjualannya juga cukup milenial melalui grup WA.

Baca juga:Unit Pengolah Pupuk Organik per Kecamatan Harus Ada

“Sudah ada 120 anggota grub yang tergabung dalam pencinta sayuran organik. Kepada merekalah sayuran ini dipasarkan,”

Biasanya, sayuran ini akan dipasarkan satu minggu sebanyak 2 kali setiap hari Senin dan Kamis. Apni akan buka order di WA grub. Untuk harga menurut Apni terbilang tidak jauh berbeda.

Mama Desi, salah seorang petani Organik mengaku, keuntungannya bertani Organik cukup banyak, selain sehat, ia juga tak harus membeli pupuk kimia. Hanya saja ia harus rajin mengolah sampah dan sisa makanan. Selain itu, kondisi tanah tetap gembur dan tidak perlu lagi bersusah payah menggemburkannya.

“Sebulan saya bisa menghasilkan satu juta rupiah, apa lagi penjualan sayur organik lebih tinggi,” ujarnya.

Lain lagi dengan Bou Mawar, ia yang memiliki lahan sekitar 1 rantai bisa menghasilkan Rp 2 juta setiap bulannya.

“Lebih lumayan, saya dapat uangnya harian, lebih untung dari pada menunggu panen padi, kan lama” Ujar Bou.

Saat ini, kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi makanan sehat mulai tinggi. Menurut Apni, tinggal saja memberikan penyadaran kepada petani untuk tetap tekun bertani organik yang lebih banyak manfaatnya. (Rika/hm06 )

Related Articles

Latest Articles