23.1 C
New York
Thursday, May 2, 2024

Cerita ‘Seram” Jembatan Talang Tanah Jawa, Peninggalan Belanda Hingga Menelan Korban

Tanah Jawa, MISTAR.ID

Jembatan Talang warisan sejarah era Kolonial Belanda yang terletak di Panombean, Nagori Bosar Galugur, Kecamatan Tanah Jawa, Simalungun, menyimpan cerita tersendiri. Apalgi, jembatan yang memiliki panjang berkisar 100 meter ini, sangat berbahaya dan pernah menelan korban jiwa.

Menurut cerita masyarakat setempat, bangunan tua yang hanya memiliki lebar kurang lebih satu meter ini, dulunya dibangun secara swadaya di era penjajahan Belanda.

Ketinggian jembatan ini berkisar 40 hingga 50 meter dari atas permukaan air sungai. Jika diamati dari atas jembatan, di bagian dasarnya terlihat pasir dan bebatuan yang ada di sepanjang aliran sungai.

Baca Juga: Bupati Deli Serdang Resmikan Jembatan Pantai Serambi Deli

Pada saat musin hujan, aliran sungai ini tampak kian ‘seram’ karena tanah di sekitarnya memiliki kemiringan  yang cukup tinggi. Jika diperhatikan di sepanjang jembatan, tidak ada satu pun pembatas. Bahkan seutas tali-tali pun tidak ada yang terpasang di sekitar pepohonan.

Tentunya, barang siapa yang melewati jembatan ini, butuh kosentrasi penuh. Jika tidak, baik pejalan kaki maupun pemotor rawan jatuh ke sungai.

Gamot Desa Panombean, Nagori Bosar Galugur, Ojak Nadapdap mengatakan, jembatan ini merupakan penghubung antara dua desa. Jika menggunakan jalan ini hanya butuh waktu 5-10 menit saja. Sementara jika melewati jalan besar butuh waktu kurang lebih satu jam perjalanan.

Baca Juga: Bupati Deli Serdang Resmikan Jembatan Pantai Serambi Deli

“Jembatan ini merupakan penghubung Desa Panombean dan Desa Talang,” ujarnya kepada Mistar.id, Jumat (2/6/2023) sore.

Jembatan yang berbahan dasar campuran beton ini diakuinya dibangun secara swadaya oleh masyarakat pada era Belanda.

Kata Ojak Nadapdap, dari sejak awal pembangunan, jembatan ini tidak memiliki pembatas. Ia juga mengatakan, lokasi ini telah menelan satu korban karena terjatuh saat hendak melintas.

Salah seorang warga setempat, Togap Hutapea yang mengaku sudah melewati jembatan ini sekitar 5 tahun lamanya.

Baca Juga: Dinas SDA Bina Marga dan Bina Konstruksi Deli Serdang Segera Bangun Jembatan Gantung yang Putus Diterjang Banjir Bandang Sibolangit

Togap mengatakan dirinya melewati jembatan itu sebagai jalan alternatif saat berangkat kerja. “Sebab, waktu tempuh lewat jembatan itu lebih singkat ketimbang mengambil jalan lain,” ceritanya kepada Mistar.id.

Hal yang sama dikatakan, Suparni (35) yang juga merupakan warga setempat. “Sudah lama kali bang saya lewat jembatan ini. Hampir setiap harinya saya lewat sini soalnya jembatan ini merupakan jalan saya ngantarkan anak ke sekolah”, ungkapnya.

Kepada Mistar, sejumlah masyarakat yang melintas di lokasi tersebut juga menyampaikan harapan kepada Pemkab Simalungun agar mengupayakan perbaikan jembatan tersebut. (abdi/hm17).

Related Articles

Latest Articles