25 C
New York
Sunday, June 30, 2024

Bisa Gangguan Mental, Ini Bahaya Trend FOMO Bagi Pengguna Medsos

Medan, MISTAR.ID

Menurut Psikolog di Kota Medan, Irna Minauli jika Fear of Missing Out (FOMO) sering dikaitkan masalah bagi para pengguna media sosial (medsos).

Hal ini ditandai dengan keinginan untuk terus menerus terhubung dengan apa yang orang lain lakukan.

“Mereka terobsesi dengan medsosnya hingga mengalami perasaan negatif, seperti menjadi sedih atau marah, ketika membandingkan dirinya dengan orang lain,” katanya pada mistar.id, Kamis (27/6/24).

Baca juga:Waspada FOMO dan Dampaknya Secara Psikologis

Selain itu, secara mental kondisi ini menimbulkan kelelahan, sehingga berpengaruh terhadap masalah kesehatan mentalnya. Bagi para pelajar, kondisi ini tentunya turut berpengaruh terhadap pencapaian akademisnya.

“Mereka terlalu banyak menghabiskan waktunya dengan handphone (HP), seolah takut kehilangan momentum atau berita, sehingga secara kompulsif mempertahankan perilakunya untuk tetap terhubung,” ungkap Irna.

Kemudian, pada hubungan dalam dunia maya tentu berbeda dengan dunia nyata, sehingga bias atas persepsi yang dilihat akan semakin besar.

“Umumnya orang akan menampilkan sisi baik saja dari kehidupannya. Kondisi inilah yang menimbulkan kecenderungan orang untuk membandingkan dirinya dengan orang lain. Ketika seseorang merasa bahwa apa yang ditampilkan orang lain terlihat lebih cantik, bahagia dan kaya, maka kemungkinan dapat mempengaruhi harga dirinya,” tukas Irna.

Baca juga:Trend Cek Khodam Jadi Ladang Bisnis, Pengamat: Pemanfaatan Digital Sesat

Dia juga menyampaikan, bahwa mereka yang sedang dalam suasana hati murung atau depresi, maka ketika melihat medsos, cenderung akan memperparah depresinya. Itu sebabnya, FOMO dapat mengganggu masalah kesehatan mental seseorang.

“Aspek kesehatan fisik maupun mental yang terpengaruh seperti kurang tidur, menurunkan kompetensi diri karena mereka sibuk melihat orang lain dan kurang membangun kemampuannya sendiri, Termasuk ketegangan emosi, kecemasan dan kurang mampu mengendalikan emosinya,” tuturnya.

Dikatakan, semua itu berpengaruh terhadap kesejahteraan psikologis (psychological well-being) seseorang, yang dapat menimbulkan gejala depresi mengarah pada keinginan bunuh diri.

“Mereka yang memiliki kecenderungan depresi, membandingkan diri sendiri dengan orang lain, akan memperparah kondisinya. Mereka yang FOMO cenderung lebih merasa kesepian serta kurang terhubung dengan lingkungannya, karena lebih asyik dengan gadgetnya,” ujarnya.

Baca juga:Hindari Perilaku yang Salah, Medsos X Ubah Informasi ‘Suka’ Jadi Pribadi

Padahal memiliki hubungan pertemanan di dunia nyata terbukti jauh lebih baik, dibandingkan dengan menjadi FOMO.

“Secara mental akan lebih sehat, karena para sahabat inilah yang dapat menjadi support system dan pemberi dukungan sosial. Sehingga ketika kita membutuhkan dukungan, mereka lebih siap untuk membantunya,” tutupnya. (dinda/hm16)

Related Articles

Latest Articles