Asahan, MISTAR.ID
Belasan petani di Asahan Sumatera Utara (Sumut) melakukan aksi unjuk rasa di depan perusahaan pabrik kelapa sawit PT Prima Palm Latex Industri, di Desa Huta Padang Kecamatan Bandar Pasir Mandoge, Selasa (1/3/22).
Dalam aksinya, mereka meminta perusahaan membayarkan sisa kekurangan bayar atas pembelian tandan buah segar (TBS) kelapa sawit yang tak dibayarkan pada tahun 2019 oleh pabrik.
Aksi itu dilakukan persis di depan pintu masuk pabrik, mengakibatkan antrean panjang truk pengangkut yang terpaksa parkir di luar karena dicegat petani. Akibatnya, aktivitas perusahaan ikut terganggu.
Baca Juga:Pupuk Mahal, Puluhan Petani Asal Siantar-Simalungun Unjuk Rasa ke Kantor Gubernur
“Kami akan tetap bertahan di sini sampai perusahaan membayarkan sisa kekurangan uang kami. Kalau dibayar baru kami pulang,” kata Ramlan Sinurat salah seorang petani dalam aksinya.
Ramlan menceritakan perjuangannya selama lebih dari dua tahun mendapatkan uang dari hasil penjualan kelapa sawitnya, bermula saat ia ditipu oleh salah seorang oknum karyawan pabrik yang belakangan malah menggelapkan uang yang seharusnya ia terima.
Kasus ini kemudian bergulir hingga ke meja hukum persidangan. Oknum karyawan pabrik itu ditetapkan bersalah karena terbukti menggelapkan uang hasil penjualan dan telah mendapat hukuman bui.
Baca Juga:Ratusan Buruh Unjuk Rasa di DPRD Sumut Tolak Permenaker No 2 Tahun 2022
“Tapi setelah persoalan hukum itu selesai, perusahaan tak mau tahu dengan kerugian kami,” kata dia. Upaya untuk mendapatkan haknya ini, lanjut Ramlan, bukan pertama kali dilakukannya.
Beberapa kali kesempatan, sempat dimediasi dan pertemuan dengan pihak perusahaan tak membuahkan hasil. Uang hasil penjualan TBS miliknya senilai Rp165 juta tak kunjung dikembalikan.
“Sudah capek saya dijanjikan, ketemu sama pihak perusahaan hasilnya tidak ada sama sekali. Dibayar uang saya itu, baru kami pergi dari sini,” ujarnya.
Baca Juga:Tuntut Keringanan Uang Kuliah, Mahasiswa UINSU Gelar Unjuk Rasa
Aksinya dengan mencegat di pintu pabrik turut disaksikan Camat Bandar Pasir Mandoge Muliadong, yang ikut melakukan monitoring aksi petani ini. Ia juga turut membujuk pendemo agar mau berdialog dengan pihak perusahaan, namun ditolak.
“Ayo Pak masuk ke dalam kita bicarakan,” kata camat. Sayangnya tak satupun pihak perusahaan bersedia memberikan keterangan terkait aksi para petani ini. Hingga saat ini, mereka tetap bersikeras menunggu uang mereka dibayarkan perusahaan dengan menduduki pintu pagar pabrik.(perdana/hm10)