Sidikalang, MISTAR.ID
Sekitar 20 warga mengatasnamakan komunitas Petrasa, YDPK, APUK, KTB, membentangkan spanduk di hadapan Bupati Dairi Eddy Kelleng Ate Berutu. Tindakan itu sengaja dilakukan di acara perhelatan event Aquabike di Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi pada Kamis (23/11/23)Â pukul 09.30 WIB.
Spanduk bertuliskan “Save Tao Silalahi from damage! Close and revoke the permits of environmentally destructive companies Gruti and DPM!!” tersebut dibentangkan ketika sejumlah wartawan wawancara dengan bupati.
Ada juga bertuliskan “Selamatkan Tao silalahi dari kerusakan!! Tutup dan cabut izin perusahaan pengrusak lingkungan PT.Gruti dan PT.DPM dan Save Dairi,s coffee from dpm mining and Gruti Timbers companies”
Pengunjuk rasa dengan tegas menyebutkan bahwa aksi mereka ingin mengajak semua elemen masyarakat menjaga Tao silalahi. Salah satunya dengan cara menghentikan berbagai kegiatan perusahaan yang justru mengancam Tao Silalahi seperti PT.Gruti dan PT.DPM.
“Pemerintah harus memilih menjadikan Tao Silalahi menjadi kawasan wisata bertaraf internasional atau membiarkan kerusakan Danau Toba terus menerus,” kata perwakilan pengunjuk rasa, R Manalu.
Namun, aksi yang dilakukan sejumlah warga itu tidak direspon. Bupati meninggalkan massa setelah siap diwawancarai para jurnalis. Namun aksi tersebut menjadi perhatian para warga pengunjung Aquabike.Sejumlah peserta aksi menyebutkan,Tao Silalahi menjadi salah satu tuan rumah perhelatan Aquabike world champion yang diikuti kurang lebih 20 negara. Berbagai persiapan telah dilakukan Pemkab Dairi sejak beberapa minggu yang lalu.
“Tentu menarik melihat pertunjukan ini karena jarang sekali Tao silalahi didaulat menjadi tuan rumah perhelatan event internasional. Tao Silalahi memiliki panorama yang bagus dan air danau cukup bersih, namun di balik keindahannya, Tao Silalahi berpotensi rusak karena ada beberapa perusahaan melakukan deforestasi di sekitar Danau Toba, yang paling dekat dengan Tao Silalahi, yakni PT.Gruti yang konsesinya berbatasan langsung dengan Tao Silalahi,” kata warga lainnya, D Sihombing.
Dampak kerusakan Tao Silalahi diyakini telah mengurangi debit air, kemudian menimbulkan banjir dan longsor. Semua masalah itu tidak dapat dihindari jika kegiatan PT. DPM yang melakukan konsesi cukup besar di kawasan hutan lindung di Kabupaten Dairi, termasuk PT.Gruti.
“Aksi kami ini untuk mengkampanyekan stop pengrusakan lingkungan dan mari menjaga Tao Silalahi tetap baik. Menurut kami, kedepannya kedua perusahaan ini berpotensi menghilangkan tanaman kopi Dairi yang sudah mendunia itu. Dengan demikian masih percayakah kita terhadap otoritas lokal? yang lebih memilih investasi daripada keselamatan warga dan keberlanjutan kopi Dairi yang sudah tersohor. Tentu ini menjadi tantangan dan tanggung jawab kita semua, stop kerusakan lingkungan,” sebut mereka serentak. (manru/hm17)