16 C
New York
Saturday, May 4, 2024

Kaleidoskop Ekonomi 2020, Pengamat: Tahun yang Sangat Pahit

Medan, MISTAR.ID

Tahun 2020 benar-benar menjadi tahun yang pahit buat semua masyarakat Indonesia termasuk masyarakat Sumatera Utara (Sumut). Realisasi pertumbuhan ekonomi hanya tumbuh positif di kuartal pertama, selebihnya mengalami kontraksi yang menggiring pada resesi ekonomi.

Hal itu disampaikan Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin. Ia mengatakan, untuk pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua, ketiga dan di kuartal keempat 2020, diperkirakan ekonomi juga tumbuh negatif.

“Baik nasional maupun Sumut. Tahun 2020 menggiring aktifitas ekonomi kita pada masalah besar. Dimana mobilitas masyarakat mengalami tekanan dan memicu terjadinya pukulan berat pada daya beli masyarakat. Meski demikian, sebagian masyarakat Sumut masih bisa bersyukur di tengah pandemi Covid-19 yang memicu terjadinya resesi,” katanya pada wartawan, Senin (28/12/20).

Baca Juga:Diprediksi Negatif, Pertumbuhan Ekonomi Sumut di Kuartal Keempat

Sejumlah masyarakat yang tetap diuntungkan selama pandemi Covid-19 adalah petani sawit. Harga TBS (tandan buah segar) sebelum pandemi yang berada di kisaran 1.200 rupiah per kilogram, saat ini menikmati keuntungan dimana harga TBS sawit naik menjadi Rp1.800 hingga Rp2.100 per kg. Kenaikan harga TBS tersebut seiring dengan harga CPO yang naik dari kisaran 2.300-an ringgit per ton, menjadi 3.400 ringgit per ton saat ini.

“Sementara itu, sejumlah pelaku usaha mikro lainnya seperti pedagang tanaman dan ikan hias juga diuntungkan selama pandemi Covid-19. Ada kenaikan omset penjualan yang meroket hingga 300% dari hari biasanya. Akan tetapi, jika dihitung secara total, pandemi Covid-19 yang membuat resesi ekonomi tentunya menjadi malapetaka bagi ekonomi Sumut di 2020 ini,” ujarnya.

Selama pandemi, daya beli masyarakat terpukul, banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaannya. Pemerintah mensiasatinya dengan sejumlah program bantuan sosial. Bank Indonesia terus mencetak uang guna membantu fiskal pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat. Sinergi BI dan Pemerintah sejauh ini ampuh dalam meminimalisir resesi karena pandemi, serta membuat inflasi juga terkendali.

Baca Juga:Pengamat: Pertumbuhan Ekonomi Sumut Kuartal IV Masih Terancam Minus 

Meskipun di tengah kondisi sulit seperti sekarang ini, utang pemerintah terus mengalami kenaikan atau tren naik. Utang memang benar-benar dibutuhkan guna memenuhi kebutuhan dasar masyarakat yang terpapar pandemi Covid-19. Kombinasi hutang, penurunan suku bunga acuan BI, Burden Sharing BI dan pemerintah, relaksasi pembiayaan perbankan, penempatan dana pemerintah di perbankan, bantuan sosial untuk masyarakat menengah ke bawah, hingga kebijakan yang diperuntukan guna memitigasi bencana ekonomi karena Covid-19, semuanya sudah dikerahkan.

“Namun sayang, upaya tersebut sepertinya belum merubah nasib kita seperti sedia kala sebelum pandemi. Meskipun kita semua berharap bahwa tahun depan (2021) akan ada pemulihan. Namun pemulihan itu masih sebatas harapan dan belum sepenuhnya bisa kita gapai,” pungkasnya. (anita/hm12)

Related Articles

Latest Articles