Sunday, April 20, 2025
home_banner_first
SUMUT

8 Tahun Bekerja di PT Inalum, Ini Cerita Dany dan Nijar Tentang Tower Emergency Rescue

journalist-avatar-top
Senin, 2 November 2020 22.01
8_tahun_bekerja_di_pt_inalum_ini_cerita_dany_dan_nijar_tentang_tower_emergency_rescue

8 tahun bekerja di pt inalum ini cerita dany dan nijar tentang tower emergency rescue

news_banner

Toba, MISTAR.ID

PT Inalum (Persero) gelar pelatihan Tower Emergency Rescue jaringan transmisi 275 kV, yang terdiri dari 271 menara dengan lintasan sepanjang 120 kilometer yang melewati empat Kabupaten mulai dari Toba, Asahan, Simalungun dan Batu Bara.

“Kesetrum enggak ya, aman enggak ya ini stiknya,” ujar Dany saat mengukur isolator dalam kondisi konduktor bertegangan.

Dikatakan Dany, pekerjaan pemeliharaan jalur transmisi bukanlah pekerjaan yang mudah.
Keberlangsungan suplai listrik untuk produksi aluminium satu-satunya di Indonesia ada di tangannya.

“Saya telah bekerja di PT Inalum (Persero) selama delapan tahun dan saya ditemani oleh Nijar, yang juga bekerja di Inalum sejak tahun 2013,” ujarnya.

Baca juga: Antisipasi Arus Balik di Toba, Ini Penjelasan Kapolres

“Kami berada diseksi Power Civil & Transmission Line yang bertugas untuk menjaga keamanan dan keandalan suplai listrik dari dua PLTA legendaris di Sungai Asahan, yaitu Sigura dan Tangga ke seluruh sudut pabrik peleburan aluminium dan fasilitas pendukung lainnya di Kuala Tanjung,” sambungnya.

Going Extramiles: Para pegawai Inalum bekerja dengan Extramiles untuk menghitung ketebalan cat pada menara transmisi di Pintu Pohan.(f:ist/mistar)

Cerita Dany, banyak tantangan yang tentunya harus dihadapi dengan berani karena yang dihadapi tidak hanya benda mati dengan tegangan listrik tinggi, tetapi juga masyarakat dengan kultur dan karakteristik sosial budaya yang berbeda-beda.

Salah satu sosok yang paling ditakuti oleh suatu koorporasi yang bergerak di bidang usaha peleburan adalah blackout, baik disebabkan oleh masalah teknikal atau non-teknikal. Jika terputusnya aliran listrik disebabkan kendala di jalur transmisi, maka disinilah tim jalur transmisi mempertaruhkan nama dan reputasinya.

Pendekatan: Personel Humas sedang membangun komunikasi kepada masyarakat di sekitar jaringan transmisi.(f:ist/mistar)

“Jaringan transmisi Inalum terbentang melintasi hutan, ladang, ngarai, perkebunan, sungai, persawahan, dan pemukiman masyarakat. Oleh karena itu, kita harus menata tanaman-tanaman keras yang tumbuh di lahan masyarakat yang berpotensi membahayakan jaringan transmisi,” terang Dany.

Baca juga: Pol Airud Markas Danau Toba Imbau Wisatawan tidak Berenang Lewat Garis

Proses penataan tanamam keras di sepanjang jalur transmisi dan pengamanan menara merupakan jalan terjal dan sisi lain bagi tim untuk diselesaikan secara bersama melalui berbagai komunikasi yang persuasif dan pendekatan budaya, humanis serta interpersonal skill yang mumpuni, walaupun itu harus dilakukan secara bertahap, dengan waktu yang panjang dan berulang-ulang.

Isolator : Pegawai Inalum sedang melakukan pembersihan isolator di Gardu Induk PLTA.(f:ist/mistar)

“Karena bagaimanapun perusahaan hidup berdampingan dengan masyarakat sekitar,” jelas Dany.

Kehidupan masyarakat yang heterogen dan multikulutural harus dapat disikapi dengan berbagai upaya dan usaha untuk tetap dapat menjalin komunikasi yang baik dengan seluruh stakeholders.

“Merasa capek, kesal, ya sering. Namanya juga tugas, yang tidak hanya berhubungan dengan teknikal tapi juga berhubungan dengan masyarakat dengan
berbagai karakter. Karena memang tugas kita, bagaimanapun keadaannya harus kita ikuti. Dimana pun kita bekerja, harus memiliki sense of belonging, rasa kepemilikan yang tinggi serta memberikan kontribusi terbaik untuk perusahaan,” ujar Nijar dengan semangat.

Baca juga: Warga Terkonfirmasi Positif Covid-19 di Toba Bertambah Lagi

Beda ceritanya dengan pekerjaan mereka yang berkaitan dengan pemeliharaan dan pengamanan kondisi fisik jaringan transmisi.

Saat ini, sistem patroli atau inspeksi menara walaupun sudah direncanakan akan menggunakan drone demi keselamatan petugas transmisi, namun memanjat
tiang transmisi untuk memeriksa komponen-komponen transmisinya hingga ketinggian 68 meter pun masih mereka lakukan, walau terkadang bayang-bayang risiko melintas di pikiran mereka guna memastikan jalur transmisi dalam kondisi prima.

Mereka bisa kapan saja jatuh dan tersengat listrik. Semua bahaya yang ada bisa terjadi kapan pun walaupun sudah memakai pelindung dan keamanan diri yang super lengkap. Meskipun begitu, tidak ada kata menyerah dalam kamus mereka. Apa pun pekerjaannya harus dijalani dengan penuh tanggung jawab. Bisa karena biasa. Begitu pun mereka, memanjat tiang transmisi sudah menjadi hal yang lumrah dan sangat menyenangkan.

“Waktu awal-awal ya pasti takutlah, grogi juga,” kata Nijar sambil tertawa.

“Karena sudah terbiasa, jadi ya biasa saja. Di atas itu enak loh, dingin. Ya walaupun bayangan kengerian itu tetap ada ya” sambung Dany.

Baca juga: Polres Toba Samosir Serahkan Bantuan Presiden Jokowi Kepada Pebetor

Mereka juga melakukan patroli ke setiap menara transmisi sebanyak sekali dalam seminggu. Melakukan patroli menjadi sebuah kenangan tersendiri bagi
mereka.

Terlebih lagi saat patroli jaringan ke daerah menara nomor T.93 sampai dekat pabrik peleburan yaitu menara nomor T.271 yang terletak sejauh 120 kilometer dari menara pertama di Pintu Pohan, Kabupaten Toba.

Patroli ini juga mewajibkan mereka untuk meninggalkan kantor dalam jangka waktu tertentu dan melihat langsung kondisi menara dan kabel jaringan sembari bersilaturahmi dengan masyarakat.

Kendaraan khusus dengan berpenggerak roda ganda sangat dibutuhkan ketika perjalanan meninjau langsung seluruh jaringan transmisi, walau terkadang harus menginap di rumah penduduk dan meninggalkan keluarga demi sebuah asa untuk menjaga suplai listrik bagi keberlangsungan perusahaan. (Ril/james/hm07)

REPORTER:
TAGS