Sikap Kontras Putra Mahkota Keraton Solo dengan Gibran


KGPAA Hamangkunegoro bersama Wapres Gibran Rakabuming Raka. (f: ist/mistar)
Jakarta, MISTAR.ID
Pernyataan viral putra mahkota Keraton Solo, KGPAA Hamangkunegoro, yang menyatakan penyesalan atas keputusan Keraton Solo bergabung dengan Republik Indonesia, dipandang memiliki makna mendalam terkait kecintaannya terhadap negara.
Pengamat politik Rocky Gerung menilai sikap tersebut didasari oleh pemikiran yang jernih dalam melihat makna sebuah republik.
“Kita harus melihat persoalan dari kemampuan anak muda Keraton Surakarta untuk menilai keadaan, sementara ada anak muda lain yang berada di sebelah kiri Presiden Prabowo di semua gedung itu, tidak mampu untuk mengolah semacam batin kesadaran kebudayaan, tidak mampu melihat perspektif tentang apa yang disebut hidup dalam republik,” ungkap Rocky, dikutip dari kanal YouTube pribadinya, Minggu (2/3/2025) malam.
Anak muda yang dimaksud oleh Rocky adalah Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Gibran, yang dikenal sebagai putra mahkota dari mantan Presiden RI dan menganggap dirinya sebagai Raja Jawa, justru memanfaatkan kedinastiannya untuk meraih kekuasaan.
Lanjut akademisi yang dikenal kritis ini, putra mahkota Keraton Solo justru memiliki sikap untuk menjaga marwah Indonesia sebagai negara republik.
“Jadi, kita melihat ada kontras antara seseorang yang hidup dalam sistem kerajaan tetapi menginginkan kehidupan republik yang bermutu, sementara ada seorang putra Raja Jawa yang justru menginginkan pewarisan politik secara dinasti,” bebernya.
“Jadi, kita melihat kontras itu. Sinisme akan muncul, tetapi banyak orang yang merasa bahwa anak-anak muda ini mengerti bahwa Indonesia harus diurus dengan sistem berpikir yang maksimal,” tambahnya.
Aktivis senior yang dikenal pernah menjadi mentor politik Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ini menyebutkan bahwa pemikiran putra mahkota Keraton Solo sebagai anak muda sangat maksimal dalam menganalisis masa depan Republik Indonesia.
“Sementara seorang anak muda hanya bisa turut pada apa yang dikehendaki oleh ayahnya yang tidak mampu memperlihatkan konsep bernegara yang sebenarnya,” tuturnya. (rmol/hm24)