Mayat yang Ditemukan di Namo Sanggar Adalah Korban Bus Jatuh di Sungai Lae Renun
mayat yang ditemukan di namo sanggar adalah korban bus jatuh di sungai lae renun
Sidikalang, MISTAR.ID
Sosok mayat yang ditemukan warga di Sungai Namo Sanggar, Dusun Namo Sanggar, Desa Mangan Molih, Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi, adalah salah satu korban bus CV PAS Transpor yang jatuh di Sungai Lae Renun Kinapan, Desa Batu Gungun Kecamatan Gunung Sitember.
Jasad korban yang diketahui bernama Tumpak Aritonang (63), ditemukan sudah dalam kondisi membusuk dengan bau menyengat, Rabu (20/9/23).
Marudut Aritonang, salah seorang keluarga korban yang ikut ke lokasi temuan, membenarkan jasad tersebut adalah mendiang Tumpak Aritonang.
Jenazah itu pertama kali ditemukan Martin Sinulingga dengan kondisi mengambang di aliran sungai yang dangkal lebar.
Baca Juga: Sesosok Mayat Ditemukan di Desa Mangan Molih Tanah Pinem, Diduga Diduga Korban Bus Jatuh
“Saat ini, jenazah sudah dievakuasi tim Basarnas dan sekarang dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sidikalang,” kata Marudut yang berhasil dihubungi Mistar.
Dengan penemuan jenazah Tumpak Aritonang, Marudut juga berharap, jasad Siti Sihombing (58) juga segera ditemukan.
Mistar coba menghubungi komandan regu tim SAR Jiko Purba maupun salah satu personel gabungan yang terlibat dalam operasi pencarian, namun tidak berhasil. Kondisi signal telepon seluler di lokasi temuan dikabarkan tidak ada.
Sebelumnya diberitakan, Camat Tanah Pinem, Sion Sembiring membenarkan adanya temuan mayat di sungai Sungai Namo Sanggar tersebut.
Baca Juga: Tak Bayar Tagihan 11 Bulan, Air Bersih ke Kantor DPC LVRI dan PPM Dairi Diputus
“Ya, benar. Ada info kita terima dari warga lewat telepon, bahwa ada sesosok mayat ditemukan di Sungai Namo Sanggar,” katanya.
Sion Sembiring juga menjelaskan jarak lokasi awal kejadian ke tempat mayat ditemukan diperkirakan mencapai puluhan kilometer.
Selain itu, signal jaringan komunikasi di lokasi mayat ditemukan juga tidak ada, sehingga sulit untuk mendapat informasi lebih banyak.
“Warga harus naik gunung mencari titik signal jaringan telepon,” katanya. (Manru/hm22)