21 C
New York
Friday, May 3, 2024

Menyongsong Indonesia Emas, Peran Pemuda Harus Dioptimalkan

Jakarta, MISTAR.ID

Momentum penting di masa yang akan datang sangat bergantung pada kualitas pemuda hari ini. Yakni target Suistainable Development Goals (SDGs) pada tahun 2030 dan peluang bonus demografi yang juga diproyeksikan mencapai puncaknya pada periode yang sama.

Atas kebutuhan tersebut, Merial Institute melakukan kunjungan audiensi dengan Staf Khusus Presiden RI, dihadiri oleh Aminuddin Ma’ruf, Billy Mambrasar, perwakilan staf dari Putri Indahsari Tanjung, beserta perwakilan dari Ayu Kartika Dewi yang hadir secara virtual pada Selasa (27/4/21).

Sementara Merial Institute diwakili Arief Rosyid (Direktur Eksekutif), Muhammad Fadli Hanafi (Direktur Riset), Denny Giovanno (Direktur Politik & Kebijakan Publik), Fajar Iman Hasanie (Direktur Program dan Pembangunan Pemuda), Achmad Hafiz Huzaefah (Direktur Media) dan Mardhiyah (Direktur Administrasi dan Kerjasama).

Merial Institute melakukan kunjungan audiensi dengan Staf Khusus Presiden RI, pada Selasa (27/4/21).(foto:ist/mistar)

Baca Juga: Pemuda dan Kepemimpinan  

Melalui kesempatan tersebut, Arief Rosyid memaparkan tentang progres Perpres Nomor 66 Tahun 2017. Ia menilai adanya stagnansi dalam tahap implementasi.

Menurut Merial Institute, Covid-19 telah menghantam perekonomian Indonesia di mana pada Kuartal II 2020 ekonomi Indonesia terkontraksi sebesar 5,32% (BPS, 2020). Sektor yang paling terimbas dari sisi sektoral adalah manufaktur (yang banyak mencakup padat karya), dan dari sisi size-nya UMKM, sebagai penopang ekonomi Indonesia. Jauh sebelum Covid-19 menyerang, Indonesia sudah dibayangi ancaman jebakan pendapatan menengah, melambatnya pertumbuhan sektor manufaktur. Belum lagi bayang-bayang resesi global yang bergaung sejak akhir 2018.

” Presiden Joko Widodo telah konsisten menjadikan pemuda sebagai prioritas dan concern utama. Namun yang juga penting adalah tahap implementasi. Jika tidak optimal, maka akan menjadi bencana demografi,” ujar Muhammad Fadli.

Baca Juga: Jokowi Minta Transportasi Massal Masa Depan Harus Ramah Lingkungan

Hal yang memprihatinkan adalah jumlah pengangguran terbesar justru di kalangan anak muda.

“Jumlah pengangguran secara umum mengalami penurunan. Namun penurunan ini relatif melambat, di mana pada periode Februari 2012 penurunan pengangguran terbuka mencapai 7,4%, sedangkan pada Februari 2019 hanya sebesar 0,8%. Jika ditinjau dari sisi komposisi, pengangguran terbesar adalah lulusan SMA/SMK sederajat dengan rata-rata 41% sepanjang 2012 – 2019 (BPS, 2020)”.

Merial Institute menilai output Pendidikan formal belum optimal. Lulusan perguruan tinggi meningkatkan jumlah penganggurannya paling cepat mencapai 5,8% diikuti lulusan SMK yang meningkatkan mencapai 3,8% pada rentang periode yang sama.

Baca Juga: Perempuan Bisa Tingkatkan Ekonomi Global Hingga 12 Triliun Dolar AS, Menkeu Beberkan Caranya

“Peranan usia produktif pada perekonomian Indonesia belum optimal. Jika pengangguran usia produktif tetap meningkat, maka prediksi dependency ratio Indonesia di masa mendatang bisa saja menjadi bias, atau lebih tinggi dari yang diprediksi,”

Dari pertemuan tersebut, makamenghasilkan beberapa rekomendasi, yakni hambatan pelayanan kepemudaan perlu diatasi dengan fokus intervensi positif dalam peningkatan kesempatan kerja dan kewirausahaan, teknologi dan informasi, pendidikan serta kesehatan.

Menyusun agenda-agenda kolaborasi dan kerja-kerja bersama demi mengoptimalisasi peran pemuda dalam menyongsong Indonesia Emas 2045. Penyusunan database kepemudaan yang terintegrasi.

Pembangunan pemuda harus mendapat tempat sebagai prioritas pembangunan nasional saat ini. Dengan membangun pemuda, kita membangun masa depan.(ril/hm02)

Related Articles

Latest Articles