Bahlil mengatakan, rencana awal BP Batam adalah merelokasi warga ke Dapur 3 (Pulau Galang). Namun, setelah ditinjau, ternyata tempat itu jauh dari pantai dan sulit dijangkau perahu nelayan.
“Karena itu, kita sedang mencari lokasi yang lebih dekat ke pantai, seperti yang saya tinjau di Tanjung Banun ini,” katanya.
Beberapa warga juga mengajukan pertanyaan kepada Bahlil, terutama tentang ganti rugi untuk tanaman yang telah mereka tanam selama ini, seperti pohon durian, pohon kuini dan pohon kelapa yang akan terdampak oleh pembangunan.
Baca Juga: Presiden Jokowi Minta Masalah Rempang Kedepankan Kepentingan Masyarakat
Terkait hal itu, Bahlil mengatakan akan ada pembahasan khusus mengenai ganti rugi untuk tanaman nanti. “Kita akan membicarakan detailnya, yang pasti hak-hak mereka akan dijamin,” jawab Bahlil.
Setelah sosialisasi, Bahlil bertemu dengan warga yang melakukan demonstrasi. Dia mendengarkan aspirasi warga yang menolak relokasi.
Bahlil juga mengambil beberapa poster yang berisi penolakan relokasi yang diungkapkan oleh warga, dan memberikannya kepada ajudannya.
Ia juga mendengarkan keluhan seorang warga Pasir Panjang, Pulau Rempang. Meskipun sebagian besar warga kampung ini telah mendaftar untuk relokasi, masih ada yang menolak.
“Kami tidak menolak pembangunan, kami hanya ingin kampung kami tetap ada,” kata salah seorang warga Pasir Panjang kepada Bahlil dengan berlinang air mata.
